Disrupsi Teknologi Mengubah Ukuran Perusahaan Menjadi Kecil Tapi Lincah
Semarang – Internet memberi kemudahan dalam aktivitas manusia. Namun, dibalik kemudahannya ia juga menyimpan bahaya yang mampu menyulitkan penggunanya. Dibutuhkan pemahaman keamanan berdigital (digital safety) agar aman dan nyaman menggunakan media digital.
”Internet itu memudahkan untuk mencari informasi, berbelanja dan bertransaksi, berkomunikasi, lebih luas menjangkau banyak orang, bahkan untuk mencari hiburan,” ujar Jeffry Johanes Fransisco saat menjadi narasumber pada webinar literasi digital yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Rabu (3/11/2021).
Dalam diskusi virtual bertajuk ”Tren Pekerjaan dan Usaha di Dunia Digital”, Jeffry menyebut dibalik kemudahan yang ditawarkan internet
Ada bahaya yang selalu mengintai dunia maya. Bahaya itu mulai dari serangan siber, hingga kejahatan di e-market berupa penipuan online dan pencurian data (phising).
”Banyak penipuan online di dunia maya dengan modus transaksi fiktif (pembeli/penjual), maupun modus pemberian hadiah undian. Begitu juga kejahatan pencurian data (phising) akun dan password, data bank seperti PIN ATM, nomor Kartu ATM, maupun identitas,” sebut Blogger sekaligus Entrepreneur itu.
Menurut Jefrry, kejahatan digital terjadi juga karena kelemahan manusia. Sebagai sistem paling lemah, tak heran jika 98 persen serangan siber berasal dari rekayasa sosial. Misalnya menggunakan jejak digital, menyerang psikologis yang rentan untuk mengelabui, menggunakan jejaring sosial, email, SMS, telpon, atau berpura-pura menyerupai seperti akun asli.
”Contohnya modus OneKlik. Penipu biasanya berpura-pura bertransaksi menggunakan metode pembayaran Oneklik. Selanjutnya mereka meminta nomor kartu ATM dan OTP, tujuannya untuk mengambil dana direkening Anda,” jelas Jeffry Fransisco.
Contoh lainnya, lanjut Jeffry, modus tautan tidak dikenal WAG. Modus ini biasanya penipu mengirimkan tautan dengan penawaran yang menarik. Tujuannya biasanya untuk mencuri data atau untuk mendapatkan keuntungan lain dari iklan dan lainnya.
Beberapa langkah untuk mengatasinya, yakni: jangan mudah percaya (tergoda), cek informasi sebelum eksekusi, keamanan ganda (2 faktor), gunakan aplikasi legal, kunjungi situs yang aman, dan hati-hati sebelum download.
Narasumber lain dalam webinar ini, content writer Zulfan Arif mengakui, teknologi digital beroperasi dengan tidak lagi banyak membutuhkan tenaga manusia dan lebih pada sistem pengoperasionalan yang otomatis dan dengan sistem komputer/format yang dapat dibaca oleh komputer.
Karakteristik utama revolusi industri 4.0 dan teknologi digital ialah kehadiran disruptive technology dan perubahan ukuran perusahaan.
”Disruptive technology hadir begitu cepat dan pesat sehingga memberi ancaman bagi industri-industri raksasa. Di era yang baru ini, ukuran perusahaan tidak perlu besar, namun perusahaan tersebut haruslah ‘lincah’ dalam memanfaatkan teknologi dan informasi,” ujar Zulfan Arif.
Kondisi tersebut menurut Zulfan, telah melahirkan ancaman dan peluang pekerjaan dan usaha. Sebagai ancaman, karena secara global era industrialisasi digital menghilangkan 1-1,5 miliar pekerjaan sepanjang tahun 2015-2025 karena digantikannya posisi manusia dengan mesin (Gerd Leonhard).
”Ancaman lainnya, diperkirakan 65 persen murid sekolah dasar di dunia akan bekerja pada pekerjaan yang belum pernah ada hari ini (U.S. Department of Labor),” ungkap Zulfan Arif.
Sedangkan peluangnya, lanjut Zulfan, era digitalisasi berpotensi memberi peningkatan net tenaga kerja hingga 2.1 juta pekerjaan hingga 2025. Kemudian, terdapat potensi berkurangnya emisi karbon hingga 26 miliar metrik ton dari industri (World Economic Forum).
”Songsong masa depan dengan investasi pada pengembangan digital skill, menerapkan prototype teknologi baru (learn by doing), pendidikan berbasis international certification, responsif terhadap industri, bisnis dan perkembangan teknologi, pembelajaran berbasis human digital skill,” pungkas Zulfan Arif.
Dipandu moderator entertainer Bobby Aulia, webinar kali ini juga menghadirkan Albertus Indratno (Founder & CEO Namaste.id), Widiasmorojati (entrepreneur), dan entertainer Bella Nabilla selaku key opinion leader. (*)
Post a Comment