Bijak Bermedia dengan Memahami Literasi Digital
Wonogiri – Tema diskusi “Bijak Dalam Bermedia Digital” kembali dibawakan dalam webinar literasi digital yang diselenggarakan oleh Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, Senin (29/11/2021). Tema diskusi dikupas dari perpektif empat pilar literasi digital yaitu yang meliputi digital safety, digital culture, digital skill, dan digital ethics.
Bunga Cinka (TV Journaslist) memandu jalannya diskusi dengan menghadirkan empat narasumber: Abdul Rohman (Direktur Buku Langgar.co), Misbachul Munir (Penggiat Seni Tradisi), Mathori Brilyan (Art Enthusiast), Atif Titah Amithuhu (Media Online Ceritasantri. Id), serta Putri Juniawan (TV Presenter) sebagai key opinion leader.
Abdul Rohman mengatakan dalam pemaparan materinya bahwa ruang digital merupakan realitas kebudayaan baru yang tidak bisa ditolak, dan selalu mengajak masyarakat untuk masuk ke dalamnya sehingga perlu cara pandang baru untuk meresponsnya. Ruang digital harus dipahami secara holistik agar tidak terjebak pada nalar konsumtif, individual dan intoleran, bahkan penipuan daring yang tidak produktif.
Dalam konteks nasionalisme ruang digital dapat memecah belah masyarakat, jika masyarakat pengguna media digital tidak memahami penggunaan informasi digital secara benar dan bijak. Pada kebudayaan baru ini, pemahaman yang perlu ditekankan dalam penggunaan teknologi informasi dan komunikasi bahwa teknologi tu memudahkan, mempertemukan, mendidik, teknologi juga untuk melakukan kebaikan dan menyebarkan kebenaran.
“Sebelum masuk ke dunia digital, masyarakat perlu mengenali diri sendiri. Memahami bahwa literasi digital sebagai proses menerima, mengolah, dan menyebarkan informasi untuk membantu tumbuh kembangnya kemanusiaan yang berdaulat lahir dan batin. Serta jangan sampai dunia digital justru mereduksi nilai kemanusiaan atau mengasingkan manusia dengan manusia lainnya,” jelas Abdul Rohman.
Ruang digital harus dimanfaatkan sebagai tempat mencari informasi dan menemukan potensi diri, serta mengaktualisasikan diri. Misalnya menggunakan platform media sosial untuk memberikan inspirasi dalam berbagi hal, membagikan ilmu pengetahuan, atau menyalurkan kreasi dalam bentuk grafis atau video yang dapat dinikmati khalayak umum.
“Catatannya, bermedia digital hendaknya dilakukan secara kebudayaan, salah satunya dengan bijak berkomentar sebagaimana karakter bangsa Indonesia dengan adat ketimuran yang menjunjung sopan santun dalam bermasyarakat. Selalu menghargai dan menghormati oang lain, serta memanusiakan manusia atau memperlakukan sesama dengan adil,” jelasnya.
Misbachul Munir menambahkan bahwa menghadapi dunia digital tanpa literasi digital dapat mempengaruhi pendangkalan nilai spiritualitas dan religusitas, mendisrupsi budaya, dan memunculkan rekayasa sosial yang dapat mengganggu keamanan dan kenyamanan di lingkungan digital. Oleh sebab itu butuh pemahaman tentang keamanan digital yang meliputi proteksi dan perlindungan data pribadi, keamanan daring, dan privasi individu, serta tentang hak kebebasan berekspresi.
Komponen aman bermedia digital adalah mengetahui dan memahami konsep dan mekanisme proteksi digital, memiliki empati untuk saling melindungi keamanan digital pengguna lainnya, serta membiasakan untuk memastikan keamanan digital dan memperbarui keamanan digital.
“Proteksi keamanan digital dengan tidak mengekspos data pribadi secara berlebihan di media sosial atau membagikan kepada orang lain. data pribadi harus dilindungi sebab jika jatuh ke tangan tak bertanggung jawab dapat disalahgunakan untuk membobol akun keuangan, penipuan, dan fitnah,” jelas Misbachul Munir.
Kunci aman dan nyaman bermedia adalah dengan memahami platform digital yang digunakan serata paham bagaimana penggunaan dan pemanfaatannya. Kemudian memahami sisi hukum, bahwa aktifitas daring itu juga ada konsekuensi hukumnya jika melanggar aturan.
“Kontrol diri merupakan salah satu kunci agar tidak meninggalkan jejak digital yang negatif, agar selalu menggunakan akal sehat dan berpikir sebelum bertindak. Selalu memahami sumber informasi dan konten informasi agar tidak terjebak hoaks. Serta yang lebih penting adalah bermedia dengan bijak selalu diawali dari diri sendiri,” jelasnya. (*)
Post a Comment