Berlandaskan Pancasila, Beraktivitas di Dunia Digital
Pemalang - Keragaman budaya terjalin dalam semangat Bhinneka Tunggal Ika, menyatukan masyarakat Indonesia. Sinergi budaya yang difasilitasi konektivitas digital bisa mewujudkan persatuan dan kesatuan.
Hal tersebut dikatakan oleh Dosen fakultas Ilmu Budaya Unversitas Sebelas Maret, Muhammad Yunus Anis dalam webinar literasi digital dengan tema “Menjadi Masyarakat Digital yang berbudaya Indonesia” yang digelar Kementerian Kominfo dan Debindo bagi warga Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, pada Kamis (04/11/2021).
Yunus mengungkapkan dalam menjadi pengguna internet yang beradab dan berbudaya ada berbagai tindakan yang bisa digunakan. Semisal saja dengan selalu berusaha mempertahankan kearifan lokal, budaya sopan santun.
Kemudian, pengguna internet dalam beraktivitas selalu mengedepankan kepentingan publik. Selain itu juga berusaha mengemas informasi publik dengan kreatif dan inovatif, mempromosikan produk menggunakan bahasa daerah dengan dilengkapi berbudaya dan beradab.
“Jadikan budaya daerah sebagai identitas dan bukti kecintaan kita pada bangsa dan negara Indonesia,” tuturnya.
Yunus juga menekankan mengenai perilaku bijak dalam bermedia sosial. Ia menyebut bersosial media adalah hak setiap orang, namun menjaga sikap adalah hal yang utama. “Karena semua berasal dari diri sendiri. Maka dari itu, kelola diri agar tidak merugi,” ujarnya.
Adapun strategi penguatan literasi di era digital dan era disrupsi bisa dengan memperkuat pemahaman literasi digital atau dengan memperkokoh jati diri bangsa Indonesia. Kemudian juga mengimplementasikan semangat ketahanan budaya Indonesia di tengah-tengah derasnya arus globalisasi dalam kurikulum literasi digital.
“Perkuat nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika di ruang digital untuk memperteguh ketahanan budaya,” katanya.
Menurut Yunus, strategi lain dalam penguatan literasi digital bisa juga dengan menciptakan ruang digital yang sehat, kritis, aman, dan sikap gotong royong. “Ciptakan ruang digital yang kratif, inovatif, dan Pancasilais,” ujarnya.
Yunus mengatakan Indonesia dengan potensi keragaman budayanya harus terus dijaga dan dilestarikan khususnya di ranah digital.
Ia menyebut dengan memperkuat karakter nilai Pacasila maka akan lahir budaya digital yang kreatif, aman, dan nyaman. “Khususnya dilangkapi dengan implementasi 4 kurikulum literasi digital yang optimal,” tuturnya.
Narasumber lainnya, Head of Operation PT Cipta Manusia Indonesia, Rizwika Alya Anwar mengatakan ada beberapa karakteristik digital society yang perlu diketahui.
Karakteristik itu di antaranya yakni cenderung tidak menyukai aturan yang mengikat atau tidak suka diatur-atur.
Mereka juga senang mengekspresikan diri, khususnya melalui platform media sosial. Lalu terbiasa untuk belajar bukan instruksi, melainkan dengan mencari. “Masyarakat digital lebih senang untuk mencari sendiri konten atau informasi yang diinginkan. Selain itu juga berinteraksi di media sosial, berbagi dan melakukan aktivitas kesenangan bersama,” ucapnya.
Dipandu moderator Ayu Perwari, webinar kali ini juga menghadirkan narasumber Farid Fitriyadi (Dosen Informatika Universitas Sahid Surakarta), Diryo Suparto (Dosen FISIP UPS Tegal), dan Seniman Ones, selaku key opinion leader. (*)
Post a Comment