Awan Panas Merapi Mulai Sering Absen, Ini Penjelasan BPPTKG
WARTAJOGJA.ID : Balai Penyelidikan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta menjelaskan tentang makin sering absennya kemunculan awan panas guguran Merapi beberapa waktu terakhir.
Status Siaga untuk Merapi sendiri pada 5 November 2021 nanti genap setahun sejak dinaikkan statusnya pada 5 November 2020 silam.
Awan panas guguran Merapi sempat muncul terakhir pada tanggal 1 November 2021 pukul 23.25 WIB tercatat di seismogram dengan amplitudo 40 milimeter dan durasi 150 detik serta jarak luncur 2.000 meter ke arah barat daya.
Kemunculan awan panas awal November itu setelah absen kembali dari periode pengamatan 22-28 Oktober 2021.
"Aktivitas ektrusi magma Gunung Merapi saat ini sebenarnya masih tinggi yang ditandai dengan tingginya aktivitas guguran lava," kata Kepala BPPTKG Hanik Humaida Selasa 2 November 2021.
Terkait awan panas, Hanik menyatakan bahwa kejadian awan panas utamanya dipicu ketika ada bagian kubah lava yang runtuh.
Merapi pada periode erupsi ini untuk kali pertama dalam sejarah memiliki dua kubah lava yakni sisi barat daya dan tengah.
"Awan panas itu terjadi akibat runtuhnya kubah lava dengan kandungan gas yang masih tinggi," kata Hanik.
Runtuhnya kubah lava, lanjut Hanik, dapat terjadi begitu saja karena gaya gravitasi atau dapat juga dipicu oleh faktor luar.
"Seperti curah hujan yang tinggi di musim hujan," kata dia.
BPPTKG Yogyakarta meminta masyarakat untuk tetap tenang namun tetap melaksanakan kesiapsiagaan.
"Berdasarkan pemodelan, luncuran awanpanas yang dihasilkan dari kubah lava barat daya saat ini apabila runtuh jarak luncuran maksimal lima kilometer," kata dia.
Catatan BPPTKG Yogyakarta, pada 1 November, selama periode enam jam yakni pukul 18.00-24.00 WIB Merapi juga intens mengeluarkan puluhan lava pijar selain satu kali awan panas.
"Teramati guguran lava pijar 27 kali jarak luncur maksimum 1500 meter ke arah barat daya," kata Hanik yang menyatakan status Merapi saat ini masih Siaga. (Dho/Ria)
Post a Comment