Antisipasi Learning Loss Pembelajaran Online
MAGELANG : Learning loss menjadi fenomena hilangnya pengetahuan dan keterampilan baik secara umum atau spesifik atau terjadi kemunduran proses akademik karena faktor tertentu misalnya pandemi Covid-19.
“Tapi learning loss tidak sepenuhnya disebabkan pembelajaran jarak jauh atau karena tidak adanya tatap muka,” kata dosen Program Studi Ilmu Komunikasi Fisip Universitas Sriwijaya Nurly Meilinda saat menjadi pembicara webinar literasi digital bertema "Transformasi Digital untuk Mengatasi Learning Loss semasa Pandemi-Covid 19" yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Selasa (16/11/2021).
Dalam webinar yang diikuti 300-an peserta itu, Nurly mengatakan learning loss bisa juga disebabkan karena cara mengajar yang hanya dipindahkan dari dalam kelas dan diadopsi sepenuhnya ke kelas online.
“Learning loss justru bisa disebabkan karena guru mendistribusikan informasi dan komunikasi hanya satu arah, yang kemudian menyebabkan siswa cepat merasa bosan dan tidak semangat belajar,” kata dia.
Nurly mengatakan learning loss pun bisa disebabkan karena tidak ada bantuan belajar yang memadai dari guru dan orang dewasa lain saat peserta didik melakukan pembelajaran jarak jauh.
“Tapi learning loss juga bisa disebabkan terlalu berlama-lama dengan belajar dari rumah. Peserta didik semakin stres dan tidak berdaya sebagai wujud dari hilangnya kesempatan mereka untuk belajar sesuai dengan tuntutan standar dan kurikulum yang berlaku, hingga akibatnya terjadi defisit of competency,” kata dia.
Di balik semua itu, learning loss tidak hanya akan menjadi ancaman yang luar biasa terhadap mutu pendidikan tetapi juga terhadap keadilan layanan pendidikan. Learning loss bisa disebabkan karena adanya kesenjangan layanan pendidikan antar segmen masyarakat segmen masyarakat yang kurang beruntung, jauh dari kesiapan mereka untuk mengikuti pembelajaran jarak jauh online. Karena mereka tidak memiliki akses yang sama dengan mereka yang beruntung terhadap internet bahkan perangkat digital.
Untuk mengatasinya, dalam pembelajaran tatap muka terbatas langkah pertama yang perlu dilakukan dengan melakukan tes diagnostik kepada peserta didik. Ini untuk mengetahui tingkat pemahaman dan kompetensi mereka.
Dari hasil tes ini pun guru dapat merencanakan pembelajaran apabila terdapat indikasi learning loss dan melakukan proses pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif.
“Sesuaikan dengan bakat minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik baik saat memberikan tugas-tugas yang mengharuskan siswa menggali lebih banyak informasi dari berbagai sumber dan melibatkan interaksi dengan pihak lain secara lebih luas,” kata dia.
Narasumber lain webinar itu, Fuzna Marzuqoh, seorang trainer dan motivator mengatakan ancaman learning loss bisa terjadi antara lain saat pembelajaran jarak jauh siswa kurang efektif karena tidak memiliki gawai.
“Bisa juga karena koneksi internet tidak stabil dan dampak psikologis anak jenuh tertekan dengan banyaknya tugas serta orang tua stres,” kata dia.
Fuzna merekomendasikan pendidik bisa mengimplementasikan blended learning yakni perpaduan antara manusia dengan teknologi menerapkan kelas modern yang menggabungkan aspek asinkronus dan sinkronus secara efektif.
Pada tahap asinkronus siswa mempelajari materi secara individu di luar kelas baik daring maupun luring juga pemanfaatan aplikasi learning management system. Sedangkan di tahap sinkronus dilakukan pertemuan di dalam kelas baik secara daring maupun luring
Webinar itu juga menghadirkan narasumber pegiat Japelidi Rita Gani, pengawas SMP Bekti Dyah Hastuti, serta dimoderatori Amel Sannie dan Rosaliana Intan Pitaloka sebagai key opinion leader. (*)
Post a Comment