Wujudkan Ajaran Ki Hadjar Dewantara di Era Digital
Semarang : Negeri kita kini penuh anak-anak. Indonesia tahun 2020 mencatat jumlah anak sebanyak 80 juta, terbesar keempat populasi anak di dunia. Kalau tidak diikuti dengan pendidikan yang kompeten dan komprehensif serta sesuai dinamika perubahan zaman, dalam beberapa tahun ke depan kita hanya akan jadi penonton perubahan dan konsumen hasil perubahan itu.
”Untuk itu, kita mesti sediakan pendidikan yang adaptif terhadap perubahan teknologi, dan bisa menyesuaikan perkembangan sosialnya. Dengan begitu, kita bisa membangun akselerasi bangsa yang maju karena didukung SDM unggul yang mudah adaptif dengan teknologi, berbudi luhur, memiliki kecerdasan emosional, kecerdasan sosial dan memiliki pola kepemimpinan yang didukung kecakapan digital. Hal itu akan terwujud kalau memiliki guru yang cerdas, bijak dan inovatif, keluarga yang harmonis dan masyarakat yang rukun dan toleransinya terjaga kondusif,” papar Misbachul Munir, entrepreneur dan fasilitator UMKM desa, saat berbicara dalam Webinar Literasi Digital: Indonesia Makin Cakap Digital, yang dihelat Kementerian Kominfo untuk warga Kabupaten Semarang, 22 Oktober 2021.
Hal itu memang sudah semestinya dilakukan dengan kolaborasi peran guru, orangtua dan siswa, mengingat pentingnya investasi SDM manusia bermutu pendidikan tinggi. Bagaimana mestinya pendidikan di masa kini diwujudkan?
Sesuai ajaran tokoh pendidikan nasional Ki Hadjar Dewantara, lanjut Misbachul, pendidikan mesti bisa dilakukan dengan menciptakan kesenengan (Neng), keheningan pikiran (Ning), ketenangan hati (Nang), dan bisa merenung (Nung).
”Jadi, mestinya dengan proses pendidikan kita diharapkan bisa mendapatkan kesucian pikiran dan ketenangan batin, kini ditambah kecakapan digital. Dengan begitu, dalam melangkah dan menghadapi tantangan hidup digital yang makin ketat dan keras, kita bisa hadapi dengan tenang sebagai manusia yang paripurna modal hidupnya,” pesan Misbachul kepada 500-an peserta yang mengikuti seminar itu secara daring dari seantero Semarang.
Misbachul tidak sendiri mengupas topik webinar ”Pendidikan Bermutu untuk Generasi Anak Digital”. Dibuka dengan keynote speech Gubernur Jateng Ganjar Pranowo dan pengantar dari Bupati Semarang Ngesti Nugraha, diskusi virtual yang dipandu moderator Zacky Achmad ini juga menghadirkan tiga narasumber lain: M. Jadul Maula, budayawan dan pengasuh pesantren Budaya Kaliopak Yogyakarta; Zahid Asmara, filmmaker dan art anthusiast; serta Mathelda Christy, praktisi pendidikan, trainer dan fasilitator Kaizen Room. Hadir pula sebagai key opinion leader, seorang kreator konten Cindy a Endge.
Dari Kaizen Room, Mathelda Christy mengatakan, era sekarang yang didominasi kaum milenial dan generasi Z adalah era tumbuh kembang produktif di masa yang penuh keemasan. Bonus demografi sekarang mesti dioptimalkan. Betapa tidak. Ada potensi kaum milenial 25 persen yang 69,38 jutaan, ditambah generasi Z yang 27.95 persen atau sekitar 74 jutaan.
”Kalau ditambah kecakapan digital yang memadai dan bijak, hal itu jelas bisa makin membuat bangsa Indonesia menjadi kekuatan perubahan. Ekonomi kita juga bakal membuat Indonesia bisa bertumbuh menjadi bangsa maju dengan SDM bermutu. Namun tetap menjaga etika tatanan, melaju dengan kematangan batin dan pikiran sesuai ajaran Ki Hadjar,” pungkas Mathelda. (*)
Post a Comment