Virtual Tour Kolaborasi Antara Budaya dan Teknologi
Kebumen – Masyarakat yang multikultural di Indonesia menjadikan negara di Asia Tenggara ini punya beragam budaya. Dengan adanya transformasi digital, budaya Indonesia seharusnya tetap dirawat dan dikolaborasikan dengan perkembangan teknologi agar tetap lestari.
Menjaga warisan budaya melalui penggunaan teknologi digital menjadi tema dalam diskusi virtual bagi masyarakat Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, pada Jumat (9/8/2021). Kegiatan ini merupakan bagian dari literasi digital yang dicanangkan Presiden Joko Widodo dalam mendukung percepatan transformasi digital untuk menciptakan sumber daya yang cakap digital.
Kegiatan dipandu oleh presenter tv Nabila Nadjib dan menghadirkan empat narasumber. Mereka adalah Nuralita Armelia (fasilitator nasional), Cokorde Dian Laksmi (dosen Universitas Ngurah Rai), Mustolih (dosen UMNU Kebumen), M. Solahudin (ketua Pergunu Kebumen), serta hadir juga key opinion leader Masayu Dewi (content creator).
Nuralita Armelia dalam kesempatan ini menyampaikan, budaya bukan terdiri dari tarian adat, baju adat, atau tradisi-tradisi lokal saja. Melainkan cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh suatu kelompok, lalu diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya dijalankan oleh manusia dan sifatnya dinamis sehingga mengalami perubahan yang cepat.
Termasuk ketika revolusi industri 4.0 mulai memaksa masyarakat untuk menguasai teknologi, sehingga hasilnya lahir kolaborasi antara budaya dan teknologi dan tercipta budaya digital atau digital culture. Digital culture menjadi salah satu pilar literasi digital yang diusung pemerintah bersama pilar digital skill, digital ethics, dan digital safety.
“Digital culture menjadi prasyarat dalam transformasi digital karena penerapan budaya digital lebih kepada mengubah pola pikir agar dapat beradaptasi dengan perkembangan digital,” ujar Nuralita kepada peserta webinar.
Menjaga warisan budaya Indonesia di era teknologi digital adalah dengan berperilaku berdasarkan landasan nilai-nilai Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika. Termasuk saat berinteraksi di media digital, dua landasan dasar tersebut juga harus dipertahankan.
“Nilai-nilai yang bisa terapkan saat bermedia digital adalah dengan menghargai perbedaan, memperlakukan orang secara adil, mengutamakan kepentingan bersama dan tidak egois, demokratis dan gotong royong. Jika nilai Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika ini diamalkan, sebagai warga digital akan mampu memahami kebebasan dan batasan berekspresi, mampu membedakan mana informasi publik dan mana pelanggaran privasi, serta mampu mengetahui dan menyaring informasi-informasi tidak benar yang ada di dunia maya,” lanjutnya.
Nuralita menambahkan, menjadi warga yang Pancasilais dapat dilakukan dengan berpikir kritis, mampu mengidentifikasi, observasi dan evaluasi terhadap informasi, kemudian cerdas menyeleksi konten dan akun media digital, serta dengan bergotong royong mengampanyekan literasi digital.
Sementara itu, Cokorde Dian Laksmi mengatakan, tren teknologi saat ini dapat dimanfaatkan dalam pengembangan pariwisata yang di dalamnya sudah pasti mengandung unsur budaya. Di sinilah teknologi dan budaya bertemu, yaitu dengan menjadikan budaya sebagai daya tarik pariwisata di dunia digital.
“Kalau dilihat, dunia digital itu menyediakan ruang untuk marketing pariwisata. Di situ kebudayaan Indonesia ditampilkan dalam bentuk visual, video, lengkap dengan ulasan-ulasannya,” jelas Dian.
Menurutnya, aplikasi pengembangan pariwisata yang terwujud adalah layanan virtual tour. Jika konten-konten yang ada di media sosial memberikan preview atau gambaran suatu tempat wisata, maka virtual tour memberikan pengalaman yang seolah-olah wisatawan sudah ada di lokasi wisata.
“Contohnya virtual tours de Lawang Sewu yang dibuka dengan layanan live via Zoom. Hal ini menandakan bahwa virtual tour itu mungkin, dan bisa dikembangkan lagi bahkan menjadi solusi di masa pandemi,” jelas Dian.
Post a Comment