Teknologi Digital Hanya Bantu Guru Mengajar Ilmu, Bukan Mendidik Karakter
’Sapa Tekun Ateteken Bakale Tekan’. Pesan budaya Jawa itu bermakna dalam: siapa yang serius dan tekun belajar, apa pun rintangannya niscaya akan sampai tujuan dan meraih sukses. Tidak terkecuali rintangan dalam proses belajar di berjuta sekolah yang sedang diuji oleh adanya pandemi dan dipaksa bermigrasi pada sistem belajar online dan meniadakan sementara proses tatap muka langsung. Karena itu, buat mereka yang tekun dan fokus, hal itu tak menghalangi siswa untuk meraih prestasi.
Memang, sulit dimungkiri, ekspansi dan akselerasi teknologi digital dalam proses pendidikan dan pengajaran telah berlangsung makin cepat dan berkembang luar biasa. Hal ini jelas membawa budaya baru dalam belajar mengajar. Siswa diberi kemudahan dalam belajar dan mencari informasi yang makin luas dan tak terbatas. Sementara guru bukan lagi menjadi sumber ilmu tunggal yang bersifat knowledge di kelas online. Juga bukan satu-satunya sumber skill terkait keterampilan dan kemampuan penguasaan teknologi.
”Kini, dengan kecakapan digital, siswa dituntut makin mandiri dalam menambah dan mencari informasi tambahan di banyak platform digital. Guru tugasnya menjadi pembimbing, fasilitator agar siswa tidak salah memilih materi belajarnya,” papar Sri Sunarna, Spd Mpd, Guru SMPN 1 Weru Sukoharjo, yang juga ketua MGMP Matematika SMP, Madrasah Tsanawiyah Kabupaten Sukoharjo. Sunarna menyampaikan hal itu saat tampil dalam webinar literasi digital Indonesia Makin Cakap Digital, yang digelar Kementerian Kominfo bersama Debindo untuk warga Kabupaten Sukoharjo, 27 September 2021.
Sri Sunarna menambahkan, memang banyak tantangan untuk mewujudkan tatanan belajar mengajar yang baru itu. Di satu sisi, banyak kemudahan belajar dengan perangkat smartphone. Di sana ada materi yang sangat berlimpah, tanpa batas, tersedia di banyak platform pendidikan. Bisa diakses secara gratis, cepat dan lengkap, juga kini bisa dikelola dalam link online yang tak menyita ruang.
”Asal mampu mengelola manajemen digitalnya, wawasan bacaan maupun konten-konten yang sifatnya keterampilan juga mudah diakses di channel Youtube, baik itu ajaran budaya, seni, dan keterampilan teknik buat sekolah kejuruan. Ini memang perlu peningkatan kecakapan digital, baik buat peningkatan SDM tenaga pengajar maupun siswanya. Keduanya masih harus terus meningkatkan kompetensinya secara sinergis dan saling melengkapi,” papar Sunarna lebih jauh.
Tapi ingat, lanjut Sunarna, kehadiran teknologi digital memang bisa membantu dan memudahkan peran guru dalam mengajarkan ilmu pengetahuan yang bersifat knowledge. Namun, tetap belum bisa menggantikan peran guru dalam memberikan pendidikan karakter, kepribadian, dan mental budi pekerti pada siswa. Sebab, basisnya adalah memerlukan penanaman nilai-nilai luhur ajaran agama dan kebudayaan
”Dan, hal itu akan merasuk kalau didukung dengan keteladanan dan contoh perilaku guru, agar siswa menjadikan guru sebagai figur yang selalu bisa digugu dan ditiru dalam keseharian. Itu yang belum bisa digantikan oleh teknologi,” pesan Sunarna serius.
Sri Sunarna tak tampil sendiri mengupas topik diskusi virtual berjudul ”Pendidikan Online: Era Baru Merdeka Belajar”, yang diikuti 500 peserta lintas usia dan profesi dari seantero Sukoharjo. Dipandu moderator presenter TV Amell Sannie, dan Ronald Silitonga, musisi yang tampil sebagai key opinion leader, hadir juga tiga pembicara lain. Yakni, Dr. Tb Ai Munandar, dekan FTI Universitas Serang Raya Banten; Septyanto Galan Prasetyo, SiP MSc, dosen Universitas Sebelas Maret UNS Solo; dan Heru Setyawan, Ketua MGMP IPA SMP Kabupaten Sukoharjo.
Ai Munandar mengatakan, meski kini sistem pengajaran sudah memberi kebebasan belajar buat siswa di bawah pengawasan guru, tapi etika dan jejak digital selama belajar dan mencari informasi di kelas online tetap harus diperhatikan. Utamanya saat berinteraksi di kelas online dan saat memburu materi di jagad medsos, siswa perlu berhati-hati dan tetap waspada pada banyaknya penjahat dan penipu siber yang makin canggih.
”Jangan mudah kepancing akun atau link bodong yang sering merayu siswa dengan hadiah pulsa dari Mendikbud tapi harus klik link yang berujung hanya trik pishing yang risikonya buruk buat siswa dan guru. Tetaplah waspada dan berinteraksi digital secara aman. Guru berperan agar ruang digital, sebagai tempat budaya belajar baru, bisa jadi ruang yang positif dan menantang kreativitas siswa untuk mencapai prestasi yang lebih baik,” ujar Tb. Ai Munandar. (*)
Post a Comment