Tantangan Pendidikan Daring: Merubah Stigma Negatif OrangtuaTentang PJJ
MAGELANG – Sejak pandemi Covid-19 melanda Indonesia pada Maret 2020, banyak kegiatan yang harus dilakukan dari rumah. Salah satunya, pembelajaran jarak jauh bagi anak-anak sekolah. Terkait itu, Kepala Dinas Pendidikan & Kebudayaan Kabupaten Magelang, Azis Amin Mujahidin mengatakan, pendidikan harus tetap dilakukan kendati wabah Covid-19 terjadi.
Namun, menurut Aziz, dalam implementasi pembelajaran jarak jauh ini terdapat beberapa dampak negatif. Seperti ancaman putus sekolah, yang disebabkan oleh berbagai masalah di antaranya karena anak terpaksa bekerja untuk membantu keuangan keluarga di tengah krisis pandemi yang tak kunjung berkesudahan.
Kemudian persepsi dari orangtua, banyak dari mereka yang tak melihat peranan sekolah dalam proses belajar mengajar apabila tidak dilakukan secara tatap muka. ”Selanjutnya, terkait penurunan capaian belajar,” kata Azis dalam webinar literasi digital bertema ”Implementasi Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) di Era Digital” yang digelar Kementerian Kominfo untuk warga Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Selasa (24/8/2021).
Azis Amin mengungkapkan, perbedaan akses dan kualitas jaringan selama pembelajaran jarak jauh dapat mengakibatkan kesenjangan capaian belajar, terutama untuk anak dari sosial-ekonomi berbeda. Dampak negatif lain adalah adanya risiko learning loss. Ia menyebut sebuah studi yang menemukan bahwa pembejalaran di kelas menghasilkan pencapaian akademik yang lebih baik dibandingkan dengan saat pembelajaran jarak jauh.
Dampak lain, yakni kekerasan pada anak yang tidak terdeteksi. Menurutnya, tanpa sekolah tatap muka, banyak anak berpotensi terjebak kekerasan rumah tanpa terdeteksi oleh guru. ”Sedangkan risiko eksternalnya, ketika anak tidak lagi datang ke sekolah terdapat peningkatan risiko untuk pernikahan dini, eksploitasi anak terutama perempuan, dan kehamilan remaja,” tutur Azis di depan lebih dari 500 partisipan webinar.
Kendati demikian, lanjut Azis, ada pula kendala pembelajaran saat dilakukan secara dalam jaringan (daring). Seperti pengelolaan pembelajaran jarak jauh, penyediaan sumber belajar bagi siswa, dan pelaksanaan penilaian yang dilakukan tenaga pendidik. Untuk itu, kata Azis, perlu ada inovasi pembelajaran di masa pandemi Covid-19, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai peluang untuk menunjang kualitas pendidikan di masa datang dan mampu bersaing secara global.
”Inovasi yang ditawarkan tidak hanya berkaitan dengan mata pelajaran sebagai subjek garapan, akan tetapi lebih mengarah pada peningkatan kompetensi guru sebagai garda terdepan pelaksanaan program pembelajaran yang inovatif,” ujarnya.
Azis Amin menambahkan, program pengembangan kompetensi guru harus bersifat komprehensif. Artinya, pengembangan tidak hanya dilakukan pada sisi hard skill, tetapi juga pada domain soft skill. ”Kompetensi guru yang unggul akan menjadi basis kuat dalam pelaksanaan inovasi pembelajaran, begitulah sebaliknya,” simpul Azis.
Narasumber lainnya, dosen Fisip Universitas Diponegoro Tri Yuningsih mengatakan, pendidikan jarak jauh merupakan pembelajaran yang dilakukan secara online, menggunakan aplikasi pembelajaran maupun jejaring sosial. Pembelajaran ini dilakukan tanpa melakukan tatap muka, melainkan melalui platform yang telah tersedia.
Segala bentuk materi pelajaran didistribusikan secara online, komunikasi dan tes juga dilaksanakan secara online. ”Sistem pembelajaran bisa melalui aplikasi, seperti Google Classroom, Google Meet, Edmudo dan Zoom,” ujarnya.
Tri lalu menyampaikan beberapa tips agar pembalajaran jarak jauh berjalan efektif. Di antaranya, komunikasi antar-tenaga pengajar dan siswa harus berjalan dengan baik pada saat melakukan video call. Selain itu, siswa mesti aktif dalam berdiskusi, baik dengan tenaga pengajar maupun teman-temannya.
Berikutnya, waktu bagi para siswa dalam proses pembelajaran. ”Jangan lupa untuk tetap bersosialisasi dengan orang lain, termasuk anggota keluarga di rumah, serta teman-teman sekelas di luar sesi video call untuk mengasah kemampuan bersosialisasi,” pesan Tri.
Diskusi virtual yang dipandu moderator Nadia Intan itu juga menampilkan narasumber lain: dosen UHN IGB Sugriwa Denpasar Dewi Bunga, dosen Universitas Tidar Magelang Novitasari, dan atlit penulis, Brian Krishna selaku key opinion leader. (*)
Post a Comment