Tanggung jawab ortu sediakan ruang nyaman yang terpisah saat proses belajar
Bantul: Salah satu sektor yang sangat terdampak badai pandemi Covid-19 adalah sektor pendidikan. Puluhan juta siswa sekolah dan kuliah dari TK hingga perguruan tinggi dipaksa bermigrasi. Dari sekolah konvensional di kelas tatap muka, menjadi kelas online dari ponsel – yang paling kini bisa menuju tatap muka di sekolah seminggu sekali. Seefektif apa sih kualitas pendidikan di masa pande
Ahmad Muam, pengajar D4 Sastra Inggris Sekolah Vokasi UGM, menuturkan: memang butuh waktu dan adaptasi dari beberapa kebiasan tatap muka ke kelas online. Selain problem klasik terkait jaringan dan kegaptekan anak dan guru mengajar, juga sering belum maksimalnya peran orangtua di rumah, karena kunci sukses pendidikan era online membutuhkan kolaborasi guru, siswa dan orangtua. ”Dan, banyak kasus kurang siapnya tiga segitiga emas ini menjadikan kualitas belajar di masa pandemi belum sesuai harapan dengan beberapa problem yang bisa meningkat,” ujar Muam.
Muam tampil sebagai pembicara dalam webinar literasi digital Indonesia Makin Cakap Digital yang diselenggarakan oleh Kementerian Kominfo bersama Debindo untuk warga Kabupaten Bantul, 12 Juli 2021. Mengusung topik ”Transformasi Digital untuk Pendidikan Lebih Bermutu”, tak kurang dari 650 peserta bergabung secara daring dari seantero mBantul yang mayoritas dari kalangan dunia pendidikan.
Dipandu moderator Mafin Rizqi, selain Ahmad Muam juga tampil Adhi Wibowo (praktisi pendidikan), Nanda Chandra (musisi) sebagai key opinion leader, Astrid Widayanti (eduprenenur dan learning education strategic), serta Iis Lathifa, dosen Universitas PGRI Yogyakarta.
Iis Lathifa buka suara. Karena pendidikan dilakukan daring dari rumah, maka menjadi tanggung jawab orangtua menyediakan ruang nyaman yang terpisah space-nya saat proses belajar agar lebih menyenangkan. Karena di rumah pula, maka beragam gaya belajar alami mereka akan muncul, baik polah duduk dan cara menyerap sajian konten yang disajikan guru secara online.
”Kalau perlu bimbingan, perlu searching konten bareng-bareng agar bijak dan efektif waktu belajarnya. Dengan begitu, diharapkan hasil belajar bisa lebih maksimal. Guru juga belajar membuat konten yang menarik dengan gambar menarik. Atau, kalau buat di bawah 10 tahun, bisa disajikan dengan cara menyanyi yang menghibur dan tak melelahkan,” tutur Iis.
”Dengan suasana menyenangkan, belajar daring di masa pandemi akan lebih mengasyikkan. Dan kalau ingin menuntaskan materi, anak dibuat menjadi tak cepat bosan dan jenuh mengikuti proses belajar,” tambah Iis Lhatifah. Lantas, bagaimana solusi agar hasil belajar digital lebih bermutu?
Ahmad Muam kembali angkat bicara. Memaksimalkan teknologi yang ada, kita bisa mengunduh aplikasi belajar menarik, yang sudah tersedia di banyak aplikasi. Malahan, di future learn dan forsera, kita bukan hanya dapat konten menarik secara gratis, tapi juga komplet dapat sertifikat digital.
Ini memang butuh kecakapan yang terus dikembangkan agar proses blended learning, proses belajar dengan metode berbeda dengan media berbeda, akan terasa makin menyenangkan dan menantang. ”Butuh kolaborasi dan mau saling bersinergi antar tiga pihak dengan lebih baik. Sarana digital hanya alat bantu. Kualitas hasil belajar akan lebih bermutu kalau siswa dan orangtua juga mampu memanfaatkan tool-tool yang tersaji dalam beragam aplikasi pendidikan,” tambah Ahmad Muam.
Kendati semua pihak dari tiga pilar itu berperan dalam proses pendidikan online, namun menurut Astrid Widayanto, kualitas SDM atau human resource menjadi kunci atau penentu penting. Karena bukan cuma mesti cepat belajar kecakapan digitalnya. Penguasaan platform konten yang menarik, file buku bacaan dan literasi juga mesti dikuasai dan diajarkan dengan cara penyampaian yang pas untuk kelas online yang situasinya beragam.
”Bukan hanya proses belajarnya bisa terasa lebih baik, guru juga mesti bertanggung jawab bagaimana absensi dan proses penilaian digital berjalan secara sinergis. Butuh adaptasi dan tak boleh berhenti belajar, karena di era 4.0 semua terus berubah dan berkembang. Guru jangan sampai kalah cepat literasi dengan siswanya,” pungkas Astrid memungkasi webinar. (*)
Post a Comment