Sopan dan Beradab Berdigital Di Masa Pandemi
Sragen – Covid-19 yang membuat sebagian masyarakat beralih ke dunia digital menyebabkan permasalahan lain yakni berkenaan kesopanan. Bentuk yang sering muncul berupa angka kebencian atau ketidaksopanan di dunia digital yang kian meningkat. Topik pembicaraan inilah yang hadir dalam webinar literasi digital yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat kabupaten Sragen, pada 4 Agustus 2021.
Dr Riant Nugroho, Penggiat Literasi Digital Nasional mengatakan dalam meminimalisir banyaknya ketidaksopanan dalam dunia digital perlu diadakannya literasi digital. Salah satu yang perlu diterapkan baginya seperti adanya etiket pada masyarakat. Penerapan ini juga bertujuan menyelamatkan pribadi seseorang dampak negatif dari apa yang dibuatnya.
Etiket atau hal kesopan-santunan berkenaan dengan citra, atau penangkapan orang lain secara kasat mata, bahwa Anda adalah pribadi yang beradab, yang mengetahui peradaban yang anda masuki, sehingga Anda pantas diterima sebagai bagian peradaban tersebut. Etiket (manner) “menyelamatkan” anda, " ujarnya.
Sedangkan menurutnya dalam bidang digital konteks yang harus diterapkan oleh masyarakat adalah netiket. Dalam pengertiannya netiket merupakan bentuk lain etiket atau kesopanan santunan dalam interaksi atau komunikasi pada ranah internet atau dunia digital. Begitu juga peran dari netiket tidak jauh berbeda dengan etiket guna menyelamatkan pribadi masyarakat juga.
"Etiket dan netiket adalah bagian superfisial dari pribadi yang baik, namun belum menunjuk kepada substansinya. Ada yang lebih mendasari dan lebih penting dari etiket yaitu etika, atau hal ikhwal tentang kebaikan substansial sesuatu pribadi, dan bukan sekedar bagian superfisialnya. Dalam ranah internet atau digital, mungkin dapat disebut sebagai NETIKA," tambahnya.
Namun baginya Riant Nugroho, bahwa netika juga nampaknya menjadi sesuatu yang tidak mudah didiskusikan. Hal ini dikarenakan terdapat satu jenis pribadi lain yang hadir di sana, yaitu mesin. Ia juga mempertanyakan apakah dengan begitu masyarakat mampu menjawab tantangan tersebut.
Penggunaan ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Muawanatul Badriyah, Kepala MTs Negeri 5 Kota Sragen. Dunia digital saat ini sudah menjadi diandalkan ataupun digunakan banyak pihak. Bahkan menurutnya media digital atau dunia internet telah kehidupan sehari-hari saat pandemi covid-19 berlangsung. Ia sendiri menegaskan banyaknya penggunaan media digital (internet) menjadikan masyarakat masa kini yang sangat banyak menerima informasi.
"Akibatnya banyaknya informasi yang diterima memunculkan budaya baru. Budaya baru yang muncul tentunya harus diiringi dengan kecakapan digital atau literasi digital. Budaya baru dalam penggunaan media digital ini perlu adanya literasi digital kecakapan digital," ujarnya.
Dimasa covid 19 ini ia menyarankan sebagai warga digital memahami budaya yang dimiliki Indonesia. Menurutnya sebagai warga Indonesia saat berinternet seharusnya berlandaskan nilai–nilai pancasila. Selain itu pemahaman lain berupa digital right tentunya akan membantu masyarakat dalam memproteksi diri mereka saat berselancar maupun memanfaatkan dunia digital.
"Utamakan selalu berfikir kritis bertindak cerdas dan bijak dalam menyikapi berita, konten-konten, informasi tertentu. Kalau saat ini tentu saja terkait Covid-19 mampu disikapi dengan arif. Jadilah warga negara digital yang berbudaya. Tentunya yang berlandaskan Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika," himbaunya.
Acara dengan moderator Triwi Dyatmoko (Entertainer), juga dihadiri narasumber Bambang Irawan (Dosen S2 Administrasi Publik FISIP Universitas Mulawarman), Iwan Gunawan (Pratisi Community Development), dan sebagai key opinion leader Melynda Alvinia (Influencer).
Post a Comment