Siswa Harus Cerdas dalam Bermedia Sosial
Klaten – Sudah banyak orang yang memakai media sosial saat ini. Ini karena media sosial punya dampak positif yang banyak. Salah satunya adalah bisa digunakan untuk pembelajaran. Apalagi adanya Covid-19 yang menyebabkan pembelajaran harus dari rumah.
“Merespon Pandemi global Covid-19 ini, menteri pendidikan mengeluarkan surat edaran nomor 4 tahun 2020 tentang pelaksanaan kebijakan dalam masa darurat penyebaran Covid-19. Salah satu isinya dalah kebijakan untuk melaksanakan proses Belajar dari Rumah (BDR),” kata Anif Solikhin saat menjadi narasumber pada webinar literasi digital yang digelar oleh Kementrian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Rabu (04/08/2021).
Dalam webinar bertema “Dampak Positif Bermedia Sosial” itu, Anif mengungkapkan, media sosial bisa dimanfaatkan untuk kegiatan belajar mengajar. Di antaranya Facebook, Instagram, Twitter, Youtube, Whatsapps, dan lain lain.
Dengan ini, media sosial bukan hanya difungsikan sebagai komunikasi, melainkan bisa digunakan untuk pembelajaran dan melibatkan siswa. Selain itu, lanjut Kankemenag Kabupaten Klaten ini, dengan media sosial juga bisa untuk demonstratif kreatif dalam pembelajaran. Bahkan bisa juga untuk platform kolaboratif.
“Pembelajaran dengan media sosial bisa mendorong guru untuk menggunakan metode pengajaran baru. Sementara itu, siswa juga bisa meningkatan kemandirian dalam belajar. Yang lebih penting lagi, media sosial bisa meningkatkan kemampuan literasi, komunikasi, dan membaca,” jelas Anif.
Dalam menggunakan media sosial, Anif memberikan tiga tips sederhana. Pertama, media sosial disesuaikan dengan kebutuhan atau minat. Kedua, agar tidak menjadi candu, penggunaan media sosial pada anak harus dibatasi. Ketiga, alokasikan waktu luang untuk menggunakan media sosial.
Sementara itu, Slamet Budiyono, narasumber lain, mengungkapkan penggunaan media sosial harus bisa mendorong siswa untuk cerdas. Oleh karena itu, dia menyarankan tips-tips agar siswa menjadi pengguna media sosial yang cerdas.
“Dalam bermedia sosial, harus memilih konten dengan need, bukan want; Harus saring sebelum sharing; Menjadi Good Influencer bukan bad influencer; Mencerminkan budaya Indonesia yang ramah, sopan santun, dan baik; Proteksi data diri; dan mengutamakan tabayyun,” kata Kepala Sekolah MAN 1 Surakarta ini.
Dalam proses ber-tabayyun, Slamet menjelaskan, harus dipastikan aspek sumber informasi, yang meliputi kepribadian, reputasi, dan kepercayaannya. Di samping itu, harus dipastikan aspek kebenaran konten, yang meliputi isi dan maksudnya. Dan terakhir, dipastikan konteks tempat dan waktu serta latar belakang saat informasi tersebut disampaikan.
“Memastikan kebenaran informasi bisa dilakukan dengan cara bertanya kepada sumber informasi jika diketahui. Dan permintaan klarifikasi kepada pihak-pihak yang memiliki otoritas dan kompetesi,” tambah Slamet.
Dipandu oleh moderator Zaky Ahmad (entertainer), webinar ini juga menghadirkan Vania Thalita (entertainer) sebagai key opinion leader, Imam Alba (direktur Lembaga Penelitian dan Aplikasi Wacana (LPAW) sebagai narasumber. (*)
Post a Comment