Sinergi Peran Guru dan Medsos dalam Proses Pembelajaran Online
Karanganyar: Namanya dipaksa dan terus berlatih, hasilnya masih belum memuaskan. Benar. Dipercepat karena hadirnya pandemi Covid-19, migrasi proses belajar siswa di Indonesia dari kelas konvensional ke dalam kelas digital mulai bisa dipetakan perkembanganya.
Menurut jurnalis senior Didik Kartika Putra, tahun 2021 Perhimpunan untuk Pendidikan dan Guru Indonesia (P2GI) melakukan survei tentang dinamika migrasi ini. Dan ternyata, 70% guru di Indonesia lebih banyak menggunakan beragam medsos untuk menjadi sarana pembelajaran jarak jauh (PJJ)-nya. Mulai dari WhatsApps (WA), Facebook hingga Instagram. Ini menunjukkan, kecakapan digital guru untuk menerapkan atau menggunakan aplikasi lain masih belum sesuai harapan.
Sebab, masih menurut survei P2GI, baru 54 persen guru yang sudah bisa mengoperasikan Google Classroom untuk PJJ. Lalu, 42 persen yang bisa Zoom dan baru 31 persen yang bisa mengoperasikan Google Meet untuk membantu proses PJJ hampir dua tahun ini.
"Dan ternyata, kurang dari 10 persen responden guru yang disurvei yang menggunakan aplikasi lain sperti U Meet Me, Microsoft Teams, Cisco Webex hingga RuangGuru," urai Didik Kartika Putra, yang juga Pemimpin Umum FokusJateng.com, saat berbicara dalam Webinar Literasi Digital: Indonesia Makin Cakap Digital, yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk warga Kab. Karanganyar, Jateng, 29 Oktober 2021.
Meski sudah memaksimalkan potensi medsos yang dikuasai untuk bersinergi menggelar proses PJJ , tapi karena belum semua guru lancar mengoperasikan medsos, hal itu berpengaruh juga pada lamanya jam belajar PJJ. Didik Kartika masih mengutip laporan survei P2GI soal lamanya jam belajar dengan pola PJJ,
“Ada 4.183 591 guru dan dosen yang kini sudah terlibat dalam proses pembelajaran PJJ, di mana 1,7 juta adalah guru sekolah dasar, 895 ribu guru sekolah menengah pertama, dan lainnya guru menengah atas dan perguruan tinggi se-Indonesia".
Tapi rupanya, lanjut Didik, selama pandemi Covid ini durasi pembelajaran PJJ guru yang bisa mengajar online dengan durasi waktu 1 s.d. 2 jam sehari baru 40 persen. Lalu, yang 4 jam sehari baru 20 persen, mampu 3 jam sehari baru 12 persen, mampu 5 jam sehari baru 11 persen, lanjut 6 jam baru 7 persen, sementara yang lebih dari 6 jam baru 6 persen.
"Ini butuh solusi komprehensif untuk meningkatkan performa. Karena apa pun, dalam proses pendidikan, guru masih sangat menjadi penentu proses belajar, juga membentuk kemandirian siswa dalam menambah jam belajar, khususnya dalam memilah dan memilih materi ajar. Siswa belum bisa dilepas mandiri tanpa bimbingan guru. Ini agar anak tak mudah terpapar konten negatif yang dikhawatirkan mengancam siswa dalam belajar, baik itu pornografi, gim online dan beragam ajaran negatif yang berlimpah tak terbatas di ruang digital kita," urai Didik Kartika, serius.
Mengupas topik, “Membangun Tenaga Pendidik Cakap dan Santun Bersosmed di Era Digital”, webinar dibuka Presiden Jokowi dilanjut pesan keynote speech dari Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo dan Bupati Karanganyar Juliatmono. Dipandu moderator presenter TV Subkhi Abdul dan ditemani Decky Tri, travel blogger yang tampil sebagai key opinion leader, selain Didik Kartika jadir pula tiga pembicara lain: Evelyn Heny Lukitasari, dosen DKV Universitas Sahid Solo, bersama koleganya, Farid Fitriyadi, juga dosen DKV Universitas Sahid Solo; dan Dr. Dyah Sulistyowati, praktisi pendidikan dan penggiat literasi digital.
Apa yang jadi tantangan guru agar makin cakap dan santun bersosmed?
Evelyn Heny membagi tips dan sarannya kepada para guru. Mengingat pentingnya peran guru di alam proses belajar, hati-hati dalam mengakses link materi belajar. Biasakan akses link yang kredibel dan baca dulu sampai tuntas materi. Jangan suka like dan block agar kita tak mudah terjerumus dalam komunitas Filter Buble dan Echo Chamber, yang hanya mau diskusi dan bertukar pikiran dengan yang sepaham dan seide. Ini memberangus sikap kritis dan kreatif.
"Itu semua merupakan modal utama agar guru berkembang maju dan kreatif di ruang digital yang makin luas dan tanpa batas," pesan Evelyn, dosen Desain Komunikasi Visual (DKV) Universitas Sahid, Solo.***
Post a Comment