Saling dukung hadapi pandemi, platform digital sampaikan info dari dan untuk masyarakat
Brebes - Berlangsung dalam format virtual, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menyelenggarakan webinar literasi digital dengan tema ”Platform Digital untuk Dukungan Menghadapi Pandemi Covid-19” bagi masyarakat Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, (20/8/2021). Kegiatan ini merupakan bagian dari gerakan nasional literasi digital yang diselenggarakan pemerintah dalam mendukung percepatan transformasi digital.
Gerakan literasi digital tersebut setidaknya memiliki empat lingkup kompetesi yakni digital culture, digital ethics, digital skill, dan digital safety, yang dibahas berdasarkan tema diskusi. Kegiatan ini dipandu oleh Dimas Satria (penyiar radio) dan diisi oleh empat pemateri: Meita Hendrianingtyas (dosen Universitas Diponegoro), Jarot Waskito (penulis naskah film), Nabil Basalamah (jurnalis), dan Misbachul Munir (fasilitator UMKM Desa). Selain itu, hadir pula Nadya Indry (Top 10 Putri Pariwisata Indonesia 2019) sebagai key opinion leader.
Dari sisi budaya digital, Jarot Waskito dalam paparannya mengajak agar di tengah era digital yang serba baru, masyarakat bisa menjunjung untuk berbudaya positif di tengah arus transformasi dan di kondisi pandemi Covid-19. Internet dan teknologi digital melahirkan kebudayaan dan pola pikir baru, ini harus dihadapi dengan meningkatkan literasi dan kompetensi digital.
Intinya adalah mampu mengakses dan memahami informasi di media digital dengan berpikir kritis, memproduksi konten digital dengan penuh tanggung jawab, dan mendistribusikan atau mengkomunikasikan konten tersebut dengan pesan yang positif.
”Menjadi manusia di era digital harus mampu mengamalkan nilai Pancasila di dalamnya. Bertindak dan berpikir kritis dalam menerima informasi, menjaga toleransi dan saling menghormati pengguna lainnya, menghargai pendapat orang lain, gotong royong dalam literasi digital, serta kreatif dan inovatif dalam memajukan bangsa,” ujar Jarot Waskito.
Kehadiran teknologi di masa pendemi saat ini memberikan manfaat besar dalam melakukan komunikasi dan interaksi sosial, belajar dan bekerja, transaksi jual beli, kesahatan, serta mencari dan mendapatkan informasi dengan mudah dan cepat dari rumah. Namun yang menjadi kekhawatiran di era pandemi adalah adanya infodemik atau banjir informasi yang tidak bisa dibendung, sehingga sulit menemukan solusi atau kebenaran informasi.
”Oleh sebab itu, menghadapi infodemik dan budaya digital secara bersamaan perlu pola pikir yang kritis. Berhati-hati dengan artikel dengan judul provokatif, mencermati situs atau sumber informasi apakah dari sumber terpercaya dan crosscheck kebenaran informasi. Hal itu untuk menghindarkan diri sebagai agen penyebar informasi hoaks atau berita bohong lainnya,” imbuhnya.
Sementara itu, Misbachul Munir menambahkan dari sisi etika berdigital, bahwa etika tetap harus dibawa ke ruang digital. Setiap individu seharusnya memiliki kesadaran bahwa dalam bermedia digital harus punya tujuan dan tidak bersikap pasif menghadapi arus informasi di ruang digital.
Dalam mengunggah dan menyebarkan informasi harus memastikan ada nilai manfaat dan kebaikan serta disampaikan dengan kejujuran. Mampu mengontrol diri untuk tidak asal share informasi. Sebab, segala aktivitas di ruang digital memiliki konsekuensi yang harus dipertanggungjawabkan.
Dalam kaitannya dengan infodemik, lanjut Misbachul, individu harus mampu menganalisis, memverifikasi, dan mengevaluasi setiap informasi. Sebab di masa pandemi info bermuatan negatif banyak bermunculan.
”Sebenarnya untuk mendapatkan informasi seputar Covid-19, masyarakat dapat memanfaatkan situs-situs resmi yang dimiliki pemerintah. Ada kemkes.go.id dan covid-19.go.id untuk informasi data persebaran kasus pandemi. Juga ada vaksin.kemkes.go.id yang memberikan informasi seputar vaksinasi, serta masih ada website-website resmi milik pemerintah daerah yang dapat menjadi acuan pasti dalam memberikan informasi penanganan pandemi,” ujarnya.
Selain itu hadirnya akun-akun media sosial yang menyediakan informasi tentang kondisi pandemi dan keadaan masyarakat juga merupakan kolaborasi yang patut diapresiasi. Misalnya, akun twitter KawalCOVID19 dan LaporCovid, kedua akun tersebut memberikan informasi dari masyarakat untuk masyarakat yang menunjukkan kegotongroyongan budaya Indonesia. (*)
Post a Comment