Pertemuan Budaya Tradisional dengan Teknologi Digital Lahirkan Digitalisasi Kebudayaan
Tegal – Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sekelompok orang, serta diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama, politik, adat istiadat, bahasa, pakaian, bangunan dan karya seni.
Pendapat tersebut disampaikan Jurnalis Betanews.id Ahmad Rosyidi saat menjadi narasumber pada webinar literasi digital bertajuk ”Pertemuan Budaya Tradisional dengan Kemajuan Teknologi Digital” yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Tegal, Jawa tengah, Jumat (22/10/2021).
”Adapun teknologi, kini berperan penting dalam meluaskan globalisasi, serta meningkatkan pertukaran informasi antar bangsa dan kebudayaan. Hal ini menyebabkan adanya difusi budaya, akulturasi budaya (percampuran budaya), bahkan penerimaan atau penolakan budaya,” ujar Ahmad Rosyidi.
Menurut Ahmad Rosyadi, pertemuan budaya tradisional dengan teknologi digital melahirkan digitalisasi kebudayaan. Konsep pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, bertujuan meningkatkan daya guna dalam bidang kebudayaan, terutama dalam hal pengelolaan, pendokumentasian, penyebarluasan informasi dan pengetahuan dari unsur-unsur kebudayaan.
Meskipun demikian, lanjut Ahmad Rosyadi, digitalisasi kebudayaan memiliki dampak negatif pada gaya hidup, seperti cara berpakaian, cara berbahasa, dan cara memilih produk. ”Bahkan bisa berdampak pada sikap tidak percaya diri,” tegasnya.
Komisioner KPU Kabupaten Tegal Himawan Tri menambahkan, budaya merupakan suatu pola hidup menyeluruh. Budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosial-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
Lalu ia mencoba menjelaskan Globalisasi dengan mengutip pendapat sosiolog Indonesia, Selo Soemardjan, globalisasi adalah terbentuknya sebuah komunikasi dan organisasi di antara masyarakat satu dengan yang lainnya yang berbeda di seluruh dunia yang memiliki tujuan untuk mengikuti kaidah-kaidah baru yang sama.
Bagi Himawan, pertemuan budaya tradional dengan teknologi modern berarti pertemuan antara cara berpikir dan bertindak yang tetap berpegang teguh pada norma dan adat kebiasaan lama dengan cara berpikir modern yang sesuai dengan tuntutan jaman.
”Keduanya juga memiliki ciri masyarakat yang berbeda. Ciri masyarakat tradisional: bersifat tertutup, masyarakatnya sederhana (berpikir, berbahasa maupun bertindak), kekerabatan kuat. Sedangkan ciri masyarakat modern: perkembangan sektor industri dan teknologi, stratifikasi sosial berdasarkan ekonomi, individualis, dan mobilitas tinggi,” sebut Sarjana Administrasi Univeristas Jenderal Suedirman (Unsoed) Purwokerto itu.
Himawan menegaskan, sebagai sebuah negara bangsa (nation-state) yaitu konsep politik sebuah negara atau kelompok masyarakat yang secara bersama-sama terikat dengan loyalitas dan solidaritas umum, Indonesia memiliki nilai-nilai luhur (jatidiri) yang khas dan membudaya di masyarakat.
”Nilai itu adalah gotong-royong, saling tolong menolong, ramah, santun, toleran, dan peduli terhadap sesama. Inilah modal utama bangsa Indonesia dimanapun dan kapanpun,” tutup Himawan Tri.
Dipandu moderator entertainer Bobby Aulia, webinar kali ini juga menghadirkan narasumber I Komong Sumerta (dosen FEB Universitas Ngurah Rai), Gervando Joerista Leleng (Co-Founder Localin), dan Wakil II Mbak Jawa Tengah 2019 Safira Hasna selaku key opinion leader. (*)
Post a Comment