Pentingnya Berpikir Kritis dalam Penggunaan Paltform Digital
Banyumas - Era digital yang berkembang cukup pesat saat ini mendorong tingginya penggunaan platform media sosial. Pemanfaatan media sosial khususnya bagi anak, memunculkan banyak tantangan yang harus dihadapi.
Hal tersebut dikatakan oleh Pegiat Literasi Media, Heru Prasetia dalam webinar literasi digital dengan tema “Tingkatkan Budaya Membaca Generasi Anak Digiital” yang digelar Kementerian Kominfo dan Debindo bagi warga Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, pada Senin (18/10/2021).
Heru mengungkapkan tantangan budaya media sosial di antaranya mengaburnya wawasan kebangsaan, menghilangnya budaya Indonesia, kemudian juga media digital menjadi panggung budaya asing.
Tantangan selanjutnya yakni penyalahgunaan kebebasan berekspresi, dominasi nilai dan produk budaya asing, serta berkurangnya toleransi dan penghargaan pada perbedaan. “Selain itu juga menghilangnya batas-batas privasi, pelanggaran hak cipta dan karya intelektual,” kata dia.
Heru mengatakan dalam menghadapi tantangan tersebut, penggunaan media digital harus berlandaskan nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. “Anak harus paham nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika di ruang digital,” ujarnya.
Dalam produksi dan distribusi konten, harus yang berlandaskan nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. Selain itu juga partisipasi dan kolaborasi aktif menumbuhkembangkan nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika di ruang digital.
Heru menyebut penting pula berpikir kritis di ruang digital. Kritis yang dimaksud yakni melakukan verifikasi, menimbang kosekuensi dan memfilter informasi yang didapatkan di platform digital.
“Pengguna yang tidak kritis akan muda tersulut provoksi. Ciri pengguna yang tidak kritis, mengumpulkan ilmu pengetahuan tapi tidak melakukan verifikasi, tidak menimbang konsekuensi, dan menerima semua informasi tanpa filter,” tuturnya.
Heru mengatakan dampak jika tidak berpikir kritis di ruang digital yakni mudah bereaksi menggunakan emosi secara langsung, stres dan kehabisan energi, mudah dimanipulasi oleh argumen orang, serta mudah goyah dan tidak stabil.
Adapun prinsip-prinsip berpikir kritis ini meliputi rasional, memahami detail dan pola-pola fenomena, objektif, mempertimbangkan konsekuensi dan risiko, serta memperbesar lingkar pergaulan.
Heru menambahkan, aspek digital yang digunakan sebaik-baiknya yakni mengakses sumber informasi yang valid sehingga bisa terhindar dari jebakan hoaks, membantu dalam mengambil keputusan, hingga menyelamatkan orang lain ataupun diri sendiri dari fitnah atau tuduhan palsu.
Lalu, mengakses perangkat secara legal, yang pastinya akan mampu melindungi dari perbuatan yang melawan hukum karena melanggar hak cipta milik orang lain.
Narasumber lain dalam webinar kali ini, Praktisi Pendidikan Andika Renda Pribadi lebih menekankan pada digital skills dalam penggunaan platform digital.
Digital skills yakni kemampuan individu dalam mengetahui, memahami dan menggunakan perangkat keras dan piranti lunak, teknologi informasi dan komunikasi (tik). “Selain itu juga memahami sistem operasi digital, mulai dari website hingga beragam aplikasi ponsel pintar,” ucapnya.
Dipandu moderator Rara Tanjung, webinar kali ini juga menghadirkan narasumber Abas F. Basumi (Director di Joglo Property), Ni Made Ras Amanda (Dosen Universitas Udayana Bali), dan Wakil II Mbak Jawa Tengah 2019, Safira Hasna, selaku key opinion leader. (*)
Post a Comment