Password Itu Seperti Pakaian Dalam. Jangan Dipamerin dan Seringlah Diganti
Tegal: Bangsa Indonesia terlahir beragam. Terdiri dari belasan ribu pulau, ratusan suku dan bahasa daerah, juga agama yang beragam. Tapi keberagaman itu mestinya dijadikan keunggulan budaya yang kaya dan kokoh dalam satu kesatuan dengan Pancasila sebagai pengikat kokohnya persatuan bangsa.
Kini, ujian pada kuat tidaknya persatuan bangsa diuji dengan transformasi digital. Di mana bangsa ini dengan populasi 202 juta netizen dari 274,6 juta populasi penduduk, setiap saat bahkan setiap detik dibanjiri dengan beragam informasi. Konten di beragam platform media sosial, yang disadari atau tidak, mempengaruhi pola pikir dan perilaku masyarakat di dunia nyata.
Meski kita dikenal sebagai bangsa yang ramah dan sopan santun, kata M. Fathurahman, pemred Harian Radar Tegal, ternyata di dunia maya kita justru divonis sebaliknya: netizen yang tidak sopan. Ini karena sebagian kita tak terbiasa menyaring dan mericek informasi sebelum dikonsumsi. Padahal, informasi palsu semacam hoaks itu ibaratnya sampah. Sudah tahu sampah, jangan dimakan atau dkonsumsi sebagai kebenaran.
”Bayangkan kalau perut dan otak kita dijejali sampah, akan berdampak buruk dalam berpikir dan bersikap. Ke depan, kalau tak segera ditangkal, jelas akan mengganggu pandangan sebagian warga pada kokohnya wawasan kebangsaan kita. Jadi, mari biasakan bijak mengkonsumsi informasi. Tingkatkan daya kritis kita sebelum menyerapnya, saring dan ricek sumbernya, akurat dan akuntabel atau tidak?” papar Fathurahman, saat berbicara dalam webinar literasi digital gelaran Kementerian Kominfo untuk warga Kabupaten Tegal, 5 Oktober 2021.
Dalam diskusi virtual yang diikuti ratusan peserta secara daring itu, Fathur tak tampil sendiri. Dipandu moderator Ayu Perwari, juga tampil pembicara lain: Aminah Swarnawati, dosen Ilmu Komunikasi Fisipol Universitas Muhamadiyah Jakarta; Sani Widowati, Princenton Bridge Years Director; Ali Formen Yudha PhD, dosen Unnes Semarang; serta Astari Vern, Miss Tourism International 2019 yang tampil sebagai key opinion leader.
Webinar dibuka Bupati Tegal Hj. Umi Azizah yang menekankan pentingnya warga Tegal untuk cakap digital, karena beragam permasalahan di dunia digital terjadi karena lemahnya SDM digital. Dengan peningkatan kecakapan warga di empat pilar kecakapan, risiko itu bisa makin ditangkal, dan warga Tegal makin bisa menangkap peluang usaha dengan transformasi yang lebih baik di masa datang. ”Go digital dalam bisnis itu bukan pilihan, tapi keharusan,” pesan Bupati.
Salah satu aspek penting dalam menjaga kualitas interaksi di era digital adalah aspek keamanan digital. Terjaganya perangkat digital agar tak dimasuki atau disalahgunakan penjahat digital di dunia medsos adalah kuat dan kokohnya password di peranti digital.
”Password itu ibarat pakaian dalam, jangan gampang dipamerkan keluar dan sering-seringlah, seperti kita ganti pakaian dalam, sehari dua kali ya password biasakan diganti dan cuci tiga bulan sekali. Dicuci, artinya modifikasi password antara huruf dan angka yang unik, agar penjahat digital lebih pusing saat hendak memphising kita. Jangan buat mereka menang mudah. Bikin ribet dan kabur kalau perlu, saat mereka mau kerjai akun digital kita,” pesan Ali Formen, yang asli Kebumen. (*)
Post a Comment