Netiket jadi modal jelajahi dunia digital
Kendal: Dosen Sosiologi UGM Yogyakarta Mustaghfiroh Rahayu mengungkapkan ada segudang alasan mengapa pengguna ruang digital harus mengenal dan menerapkan netiket atau tata krama dalam menggunakan internet.
“Netiket perlu diterapkan karena kita semua adalah manusia sekalipun saat berada di dunia digital,” kata Mustaghfiroh saat menjadi pembicara webinar literasi digital bertema “Metode Pembelajaran yang Efektif di Era Digital” yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, Senin (4/10/2021).
Dalam webinar yang diikuti ratusan peserta itu, perempuan yang akrab disapa Ayuk itu menyatakan, pengguna internet berasal dari berbagai negara yang memiliki perbedaan. Sementara berbagai fitur internet memungkinkan kita berlaku etis atau tidak etis.
“Kita memang bebas melakukan apa saja di media digital akan tetapi tidak bebas dengan konsekuensinya, jadi kenali empat prinsipnya,” kata dia.
Prinsip etis bermedia digital ada 4 yaitu ada kesadaran, integritas kebajikan dan tanggung jawab. Tak terkecuali dalam pembelajaran online, etika pun harus ditegakkan. “Etika pembelajaran online salah satunya pilah dan pilih sumber informasi pembelajaran yang dapat dipertanggungjawabkan,” kata Ayuk.
Ia pun mendorong peserta didik maupun pendidik selalu menghargai hak cipta orang lain ketika mengambil dan menggunakan sumber informasi.
“Cek dan ricek sumber informasi belajar, waspadai materi yang mengandung ujaran kebencian, SARA, konten berbahaya lain,” kata dia.
Ayuk menegaskan, sebenarnya media digital bisa sangat interaktif dalam mendukung proses pembelajaran. Sepanjang proses pemanfaatannya sesuai fungsi. Misalnya Skype dan aplikasi lainnya.
“Hanya perlu diingat, kita tidak sendiri, tatakrama dunia nyata tetap berlaku di dunia digital. Jadi mohon sejenak berpikir sebelum komentar, gunakan bahasa yang baik, emoji yang lebih tepat, dan gunakan hanya untuk saling berbagi ilmu,” jelas Ayuk.
Ayuk menambahkan, ruang digital adalah ruang komunikasi bersama. Sehingga berbagai aktivitas khususnya diskusi mesti juga sehat.
“Hormati privasi, jangan asal screenshot dan membagi hasil percakapan, jangan usil dan jangan salah gunakan kekuasaan,” ujarnya.
Selanjutnya Ayuk menyarankan, agar dalam komunikasi misalnya dengan email, etika diterapkan pula. Seperti penggunakan tanda baca yang baik, jangan memakai huruf kapital semua dan lugas dan jangan berbelit.
“Jangan kirim attachment besar tanpa izin penerima,” kata dia.
Satu hal yang perlu diingat, imbuh Ayuk, pengguna jangan pernah sebarkan informasi privat dan pastikan identitas akun dapat dikenal dengan baik. “Kolaborasi dalam pendidikan ditunjang media digital bisa diwujudkan dengan memanfaatkan platform collaborative seperti Google Drive, Google Books, Wikipedia serta metode collaborative yang positif dan bertanggung jawab,” pungkasnya.
Narasumber lain dosen FISIP Universitas Jember dan sekaligus anggota IAPA Selfi Budi Helpiastuti, menuturkan tips aman dan sehat dalam pendidikan karakter melalui media digital bisa dimulai dengan membekali anak keterampilan membaca menulis menghitung dan pendidikan kematangan emosi.
“Media digital bisa menjadi sarana untuk membekali kesopanan, nilai-nilai kearifan toleransi dan perdamaian, memulainya dari rumah,” kata dia. Selain itu melatih interaksi dan komunikasi yang dipraktekkan bersama keluarga pembudayaan literasi dasar khususnya baca tulis, hitung hingga literasi digital di dunia maya.
Webinar ini juga menghadirkan narasumber lain seperti Arif Hidayat, pengajar Universitas Negeri Semarang (UNNES), Kokok Herdianto Dirgantoro (Ceo Opal Communication), serta dimoderatori Fernand Tampubolon juga Reni Risty selaku key opinion leader.
Post a Comment