Minat Baca di Indonesia Masih Rendah
Brebes – Organisasi pendidikan di bawah Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) mencatat indeks minat baca di Indonesia baru mencapai 0,001. Artinya, pada setiap 1.000 orang hanya ada satu orang yang punya minat membaca.
“Masyarakat di Indonesia rata-rata membaca nol sampai satu buku per tahun,” ungkap Ahmad Wahyu Sudrajad, Peneliti dan Pendidik PP Al Qadir Yogyakarta saat menjadi narasumber webinar literasi digital yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk masyarakat Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, Rabu (29/9/2021).
Angka tersebut lebih rendah dibanding penduduk di negara-negara anggota ASEAN selain Indonesia. Di negara-negara itu warganya membaca dua sampai tiga buku dalam setahun. Angka tersebut kian timpang apabila disandingkan dengan warga Amerika Serikat yang terbiasa membaca 10-20 buku per tahun.
Menurut dia, anak zaman sekarang kurang memiliki kemampuan teknik membaca tradisional. Hal ini terjadi karena perkembangan media digital dan teknologi yang begitu pesat.
Generasi Net senang mengakses informasi melalui teknik meringkas atau membaca highlight suatu topik. Hal ini tentu berbeda dengan teknik membaca tradisional di mana orang memiliki ketahanan mental dan konsentrasi saat membaca suatu informasi.
Sebagaimana ditulis oleh Fatmawati, Ahmad menjelaskan upaya untuk mengembangkan kemampuan membaca dapat ditempuh melalui metode tilawah. Tujuannya agar anak-anak generasi milenial memiliki kefasihan berbicara dan kepekaan dalam melihat fenomena.
Dia melihat pada era digital sekarang ini kalangan pendidikan perlu mengembangkan literasi baru untuk memahami cara penggunaan teknologi digital.
Dia juga sepakat salah satu upaya peningkatan mutu sumber daya manusia agar cepat menyesuaikan diri dengan perkembangan global yang meliputi berbagai aspek kehidupan manusia adalah dengan menumbuhkan masyarakat yang gemar membaca.
Narasumber lainnya, Dosen Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Yogyakarta, Nofica Andriyanti, menyampaikan kenapa orang Indonesia jarang membaca, rendahnya literasi itu ada kaitannya dengan gizi serta kualitas pendidikan maupun infrastruktur. Data Kemendikbud pada tahun 2017 angka buta huruf masih 2,07 persen atau 3,4 juta orang.
Dipandu moderator Ayu Perwari, webinar juga menghadirkan narasumber Hartanto (Dosen Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi Universitas Respati Yogyakarta), Teguh Setiawan (Wartawan Senior), Idza Priyanti (Bupati Kabupaten Brebes) sebagai Keynote Speech, Ganjar Pranowo (Gubernur Provinsi Jawa Tengah) sebagai Keynote Speech, dan Suci Patia (Author) sebagai Key Opinion Leader. (*)
Post a Comment