Menyelipkan Wawasan Kebangsan Dalam Konten Digital
BANJARNEGARA: Dosen Administrasi Publik Unhas Hasniati mengungkapkan keberadaan media sosial bisa menjadi alternatif menumbuhkan wawasan kebangsaan.
"Setiap orang bisa menggunakan media sosial untuk membuat atau menyebarkan konten tentang wawasan kebangsaan sehingga dapat menumbuhkan rasa cinta tanah air yang ditunjukkan dari cara pikir, sikap, dan tindakan yang mementingkan kepentingan bangsa dan negara," kata Hasniati saat menjadi pembicara webinar literasi digital bertema "Literasi Digital Untuk Meningkatkan Wawasan Kebangsaan" yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, Selasa (19/10/2021).
Dalam webinar yang diikuti 200 lebih peserta itu, Hasniati mengatakan
membuat konten wawasan kebangsaan di medsos bisa dilakukan di berbagai platform. Mulai YouTube, Instagram, Facebook dan Twitter. "Bentuk kongkritnya misalnya memberikan dukungan melalui medsos terhadap perjuangan tim olahraga nasional yang tengah bertanding," kata Hasniati.
Namun Hasniati mengingatkan, pengguna digital agar tak lengah dalam memanfaatkan media sosial itu. Sebab saat ini dari penelitian global, Indonesia menduduki peringkat ke-2 dalam kejahatan siber di dunia setelah Ukraina.
"Dari sini kita perlu keamanan digital yang kuat sebagai modal kemampuan mengenali, mempolakan menerapkan, menganalisis dan meningkatkan kesadaran keamanan digital dalam kehidupan sehari-hari
sehingga terhindar dari kerugian akibat penggunaan media digital," kata Hasniati.
Hasniati melanjutkan, keamanan digital menjadi sebuah proses untuk memastikan penggunaan layanan digital baik secara daring maupun luring dapat dilakukan secara aman dan nyaman. Meskipun pengguna bisa berperan juga dalam mengamankan perangkat digitalnya.
Misalnya dengan cara membuat kata sandi yang kuat, kombinasi angka huruf dan simbol, otentifikasi sidik jari, otentifikasi wajah, gunakan anti-virus update, satu sandi untuk satu aplikasi serta pastikan tidak ada orang yang tahu atau melihat termasuk kamera pengintai.
"Agar aman di media sosial kita perlu berhati-hati khususnya memilih teman, buat konten yang bijak dan mengaktifkan fitur privasi, disertai sikap saring sebelum sharing dan kontrol diri untuk menjaga emosi," tambah Hasniati.
Narasumber lain webinar itu, dosen Fisipol UGM Tauchid Komara Yuda mengatakan, hal yang paling perlu diperhatikan ketika bermain media sosial tak lain ketika berinteraksi dalam bentuk komentar.
Para pengguna, kata Tauchid, diharapkan membiasakan membaca atau mendengarkan konten secara keseluruhan sebelum berkomentar.
"Jangan pernah melakukan ujaran kebencian, tindakan komunikasi yang yang berupa hinaan, provokasi, body shaming, hingga hasutan yang ditunjukkan kepada sekelompok orang atau individu," kata dia.
Tauchid menyarankan pengguna bisa berpikir matang sebelum memposting suatu konten di media sosial. Pikirkan apakah hal yang akan disampaikan itu perlu dan apakah bermanfaat.
Pentingnya nilai kebangsaan dalam bermedia digital, kata Tauchid, khususnya untuk membangun mindset inklusif dan membangun etika-respek. Sekaligus mendemokratisasikan pikiran tapi mengatur lisan dan perbedaan.
"Nilai kebangsaan menjadi filter bagi infiltrasi konten yang berlawanan dengan jati diri masyarakat Indonesia," tegasnya.
Webinar itu juga menghadirkan narasumber entepreneur Widiasmoro Jati, dosen Universitas Lancang Kuning Khuriyatul Husna, serta dimoderatori Nadia Intan serta Kneysa Sastrawidjaya selaku key opinion leader. (*)
Post a Comment