Meningkatkan Kapasitas Pendidikan Mencapai Budaya Digital Beretika
KABUPATEN GROBOGAN: Pada dasarnya pendidikan tidak akan pernah bisa dilepaskan dari ruang lingkup kebudayaan. Karena kebudayaan merupakan hasil pembelajaran di mana antara pendidikan dan kebudayaan terdapat hubungan yang sangat erat lantaran keduanya berkenaan dengan suatu hal yang sama yakni nilai-nilai.
"Transformasi metode pembelajaran dalam proses pendidikan menghasilkan adaptasi kebudayaan yakni budaya offline ke online," ujar
dosen Psikologi STIKES Nasional Surakarta Noviana Dewi saat menjadi pembicara webinar literasi digital bertema "Transformasi Digital untuk Pendidikan Yang lebih Bermutu” yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Grobogan Jawa Tengah, Sabtu (2/10/2021).
Dalam webinar yang diikuti 200-an peserta itu, Noviana menuturkan
budaya offline ke online atau digital kultur perlu diikuti semangat untuk menanamkan nilai kebhinekaan dan Pancasila. Hal ini juga diikuti penguatan kompetensi digital dan mendorong peserta didik untuk memiliki karakter adaptif, aktif, inisiatif dan kolaboratif.
"Khususnya untuk upgrade skill terkait aplikasi dan smartphone, pemakaian metode yang tepat untuk belajar, pemilihan aplikasi hingga mengatur durasi pembelajaran serta frekuensi pemberian tugas," kata Noviana.
Noviana menambahkan, dibutuhkan kurikulum adaptif dan visioner berkaitan dengan profesi digital di era revolusi industri 4.0 bagi generasi Z. "Karena transformasi digital di bidang pendidikan menghadapi berbagai tantangan untuk menghasilkan pendidikan yang bermutu," kata Noviana.
Contohnya tantangan atas akses internet, jaringan listrik, sumber daya manusia pendidik maupun peserta didik. "Di sini juga ditekankan pentingnya literasi digital di era transformasi digital," ujarnya.
Tantangan lainnya agar bisa mengatasi permasalahan pembelajaran jarak jauh, meningkatnya siswa burnout, sinyal internet, kuota, dan gadget juga berpengaruh.
"Ortu harus menjadi pendidik di rumah, dan guru perlu memilih metode, aplikasi, frekuensi penugasan agar capaian terpenuhi di tengah menurunnya kontrol pembelajaran secara langsung," kata dia.
Noviana mencatat ada perubahan budaya belajar offline atau era sebelum pandemi yang awalnya berciri teacher center atau berpusat pada guru, tatap muka kognitif, terbatas ruang dan waktu terkontrol menjadi student center atau berpusat pada siswa, menggunakan aplikasi, partisipasi kolaboratif, fleksibel namun sulit terkontrol.
Narasumber lain webinar itu, dosen Universitas Mulawarman Rahmawati menyatakan, ketrampilan digital yang perlu dikuasai saat ini salah satunya seleksi dan analisis informasi tidak sesuai etika. Seperti menyebarkan berita hoaks atau berita bohong dan palsu, ujaran kebencian meliputi provokasi hasutan atau hinaan, dan pornografi yang meliputi konten kecabulan dan eksploitasi seksual.
"Peserta didik perlu memahami soal antisipasi pencemaran nama baik, penyebaran konten negatif hingga modus penipuan online berbentuk voucher diskon, penipuan transaksi online, hingga perjudian online dan khususnya cyber bullying," ujar Rahmawati.
Rahmawati menuturkan manfaat teknologi digital bagi pendidikan anak sangat banyak yang perlu dioptimalkan. Yakni sebagai sumber informasi yang semakin beragam dan mudah diperoleh, meningkatkan peran layanan publik, komunikasi semakin mudah melalui chatting dan video call dan pembelajaran jarak jauh.
"Anak didik juga bisa dikenalkan soal membangun kreativitas dan inovasi melalui ide dan inovasi lewat berbagai aplikasi digital," kata Rahmawati.
Webinar ini juga menghadirkan narasumber lain seperti dosen UNU Al-Ghazali Fathikun, IT Manage Sevice Solution Architect Muhdini Wakhid serta dimoderatori Neshia Sylvia juga Mohwid selaku key opinion leader. (*)
Post a Comment