Mempromosi budaya Indonesia, membangun identitas kebangsaan
Semarang: Pengajar Universitas Maarif Nahdlatul Ulama Kebumen (UMNU) Kebumen Mustolih mengungkapkan era digital saat ini bisa menjadi pendorong semua sektor go digital, tak terkecuali bidang kebudayaan.
Dunia digital yang telah menyediakan apa saja untuk dapat diinformasikan ke khalayak luas penjuru dunia itu, kata Mustolih, dapat dimanfaatkan menggarap promosi sektor budaya sehingga setiap orang yang terakses internet di dunia bisa melihat dan mempelajari serta mengapresiasinya. Syaratnya setiap pengguna digital juga melek budaya dan produktif dalam berkarya serta menyebarkannya.
“Kita bisa mempromosikan budaya melalui media digital untuk bidang apapun seperti kuliner, situs sejarah, tradisi, hingga fashion,” kata Mustolih saat menjadi pembicara webinar literasi digital bertema “Promosi Budaya Indonesia Melalui Media Digital” yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kota Semarang, Jawa Tengah, Selasa (24/8/2021).
Untuk kuliner misalnya, lanjut Mustolih, bisa diangkat secara menarik tentang lumpia khas Semarang. Mulai dari produksinya, bahan bahan yang digunakan, hingga pengemasan, cara penyajian dan cita rasanya. Promosi budaya juga bisa mengambil satu konsentrasi ke soal tradisi. Hal ini paling sering diangkat namun masih relevan digarap dengan pengemasan konten yang semakin menarik.
“Misalnya ada tradisi Subak yang sampai saat ini dipertahankan masyarakat Bali juga tradisi Sekaten yang khas Jawa Tengah dan Yogyakarta,” kata Mustolih. Subak sendiri merujuk sistem infrastuktur irigasi dan manajemen pengairan sawah secara tradisional yang telah berlangsung sejak zaman dahulu.
Dalam webinar yang diikuti 277 peserta itu, Mustolih mengungkapkan sebagian besar produk budaya Indonesia sudah terdaftar sebagai kekayaan bangsa. Namun dari jumlah budaya yang beragam itu masih relatif sedikit promosinya ke luar, khususnya melalui media digital.
“Ini menjadi pekerjaan rumah kita bersama sebagai generasi digital yang juga pemilik kebudayaan-kebudayaan warisan leluhur itu. Mesti dipikirkan apa yang bisa kita lakukan sekarang dengan kemajuan digital itu untuk mempromosikan, menjaga dan melestarikan produk budaya itu,” ujar Mustolih.
Menurut Mustolih, meskipun banyak situs budaya telah terdokumentasi namun tetap perlu dilestarikan dan dipromosikan. Ambil satu contoh Candi Borobudur yang menjadi satu keajaiban dunia yang lokasinya ada di Magelang Jawa Tengah.
“Bangunan Borobudur yang sangat besar dan megah telah dinobatkan sebagai Candi Buddha terbesar yang ada di dunia oleh UNESCO. Juga Candi Prambanan yang merupakan candi Hindu yang sering dikaitkan dengan Legenda Roro Jonggrang-nya, namun apakah sudah cukup banyak promosi melalui media digital sudah dilakukan?”ujar Mustolih.
Tak hanya itu, Mustolih juga mengatakan situ lain seperti Situs Sangiran yang merupakan salah satu situs manusia purba yang terletak di dua wilayah yakni Kabupaten Sragen dan Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah juga masih perlu sentuhan promosi media digital.
“UNESCO pun telah menetapkan Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto sebagai warisan dunia pada 2019 karena cukup unik dan disebut-sebut mirip tambang batubara Belgia. Hal hal seperti ini perlu digarap lagi promosinya oleh kita bersama,” kata Mustolih.
Mustolih menambahkan, pengguna digital tak akan kehabisan bahan dalam mempromosikan budaya Indonesia karena terberkahi dengan keberadaan Indonesia sebagai negara multikulturalisme. Artinya, Indonesia memiliki keberagaman budaya sangat melimpah yang tersebar di 34 provinsi.
Adapun narasumber lain webinar itu, Kepala Sekolah MAN 1 Surakarta Slamet Budiyono mengatakan sebelum menggali dan mempromosikan kebudayaan melalui media digital, perlu memahami pula apa kebudayaan itu sendiri dan mengapa Indonesia disebut kaya soal ini.
“Kebudayaan itu terdiri dari tujuh unsur yakni sistem bahasa, sistem pengetahuan, sistem organisasi kemasyarakatan, sistem teknologi, sistem ekonomi, sistem religi, dan sistem kesenian,” kata Slamet.
Dari satu unsur saja, misalnya kesenian, Indonesia sudah sangat kaya karena setiap daerah hampir memiliki kesenian yang berbeda-beda dengan jumlah ribuan.
Webinar ini juga menghadirkan narasumber lain seperti Founder Istar Digital Marketing Centre Isharsono, Kasi Pendidikan Madrasah Kantor Kemenag Kota Semarang Moch. Fakthuronji serta dimoderatori Fernand Tampubolon, juga Mila Rosita selaku key opinion leader. (*)
hai, terima kasih sudah berbagi informasi yang bermanfaat.
ReplyDeletekunjungi juga website kami di walisongo.ac.id