Membangun Budaya Digital Untuk Menjaga Kualitas Pembelajaran Daring
GROBOGAN: Peranan budaya digital dalam menjaga kualitas belajar dari rumah sangat besar di masa pandemi Covid-19 ini.
Evelyne Henny Lukitasari, selaku dosen UIN Sahid Surakarta membeberkan sejumlah langkah menumbuhkan budaya digital agar kualitas pembelajaran di rumah bisa efektif.
"Orang tua bisa mencoba mulai dengan manfaatkan aplikasi untuk mengontrol penggunaan smartphone anak, contohnya Google Family Link," kata Henny saat menjadi pembicara webinar literasi digital bertema "Menjaga Kualitas Belajar dari Rumah' yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, Kamis (14/10/2021).
Dalam webinar yang diikuti 300 lebih peserta itu, Henny mengungkapkan orang tua atau pendidik perlu mengetahui penggunaan platform pembelajaran digital yang sesuai dengan karakter peserta didik.
"Coba bangun komitmen bersama peserta didik untuk mematuhi aturan berkomunikasi secara digital, kalau perlu, ubah cara mengajar satu arah menjadi kolaboratif online dengan memanfaatkan aplikasi pendukung seperti jamboard, openboard, dan sejenisnya," kata dia.
Henny mengungkap budaya digital dapat dibangun dengan memperkenalkan peserta didik tentang hak kekayaan intelektual dengan mencantumkan sumber atau credit title sebuah informasi.
"Budaya digital penting untuk menjaga kualitas belajar dari rumah namun pendidik dan peserta didik harus menguasai dasar-dasar literasi digital," kata dia. Misalnya merubah ukuran file gambar, foto dan video, dapat scan gambar atau dokumen, mengisi form digital atau link, menguasai penempatan bahasa, mengucapkan salam, sebut nama nomor induk mahasiswa, kelas juga permintaan tolong, mohon diakhiri salam.
"Peserta didik perlu tahu dasar literasi digital komunikasi misalnya penggunaan huruf besar dan kecil, tanda baca dan emoticon," kata dia.
Dorong peserta didik membaca tuntas informasi dan selalu cek dan ricek informasi sembari perkenalkan tentang hak kekayaan intelektual berulang -ulang.
Henny menambahkan kemampuan literasi digital yang harus dimiliki dan dikembangkan itu antara lain analisa dan evaluasi yakni mampu menganalisis pesan dalam berbagai bentuk dengan mengidentifikasi penulis, tujuan dan sudut pandang, serta mengevaluasi kualitas dan kredibilitas konten.
"Perlunya dorongan kreatif dan kolaboratif dalam membuat konten dengan memperhatikan tujuan seperti editing dan teknik komposisi, dan dilakukan secara individu atau kolaborasi dengan guru atau siswa untuk berbagi pengetahuan dan memecahkan berbagai masalah terkait pembelajaran," katanya.
Henny mengatakan prinsip guna dan bagi menjadi kebutuhan penguasaan literasi dalam arti bisa memanfaatkan bahasa gambar suara dan teknologi digital baru, agar bermanfaat dalam proses pembelajaran dengan menggunakan media sosial dan mengakses teknologi informasi guna berbagi konten dengan siswa.
"Prinsip nilai etis di mana guru atau siswa harus memiliki tanggung jawab sosial di dunia daring dalam mengakses informasi sebagai bahan membuat tugas dengan menerapkan tanggung jawab sosial dan standar etika yang tinggi," kata dia.
Narasumber lain webinar itu, Pengajar UNMU Kebumen Mustolih mengatakan setidaknya ada empat lingkup digital skill yang perlu dikuasai peserta didik dan pendidik.
Pertama, menguasai lanskap digital, kedua menguasai mesin pencarian, ketiga menguasai aplikasi percakapan dan media sosial, keempat menguasai dompet, loka pasar dan transaksi digital.
"Menguasai lanskap digital dalam arti bisa mengakses, menyeleksi, memahami berbagai perangkat keras dan lunak serta menganalisis berbagai pengetahuan dasar terkait perangkat keras dan lunak itu," kata dia.
Terkait mesin pencari, Mustolih mengatakan mampu mengoperasikan situs yang mampu mencari halaman situs web di internet berdasarkan basis data dengan bantuan kata kunci.
Mustolih menambahkan perlunya mewaspadai konten negatif di media digital di mana informasi dan atau dokumen elektronik itu memiliki muatan melanggar kesusilaan, perjudian, penghinaan atau pencemaran nama baik, pemerasan, atau pengancaman serta penyebaran berita bohong dan menyesatkan sehingga mengakibatkan kerugian penggunaan lain.
Webinar itu juga menghadirkan narasumber fasilitator nasional Rizki Ayu Febriana, dosen Fisip Unhas Makasar Hasniati serta dimoderatori Zacky Ahmad serta Nindy Gita selaku key opinion leader. (*)
Post a Comment