Melihat Realitas Pendidikan Anak Di Masa Pandemi
BATANG: Pengajar Universitas Diponegoro Semarang Amni Zarkasyi Rahman mengatakan sebagai pilar dalam indeks informasi dan literasi data, masyarakat Indonesia dipandang perlu dalam mengakses, mencari, menyaring, dan memanfaatkan setiap data dan informasi yang diterima dan didistribusikan dari dan ke berbagai platform digital yang dimilikinya.
“Digital skill penting karena masyarakat tidak cukup hanya mampu mengoperasikan berbagai perangkat TIK dalam kehidupannya sehari-hari, tetapi juga harus bisa mengoptimalkan penggunaannya untuk sebesar- besar manfaat bagi dirinya dan orang lain,” kata Amni saat menjadi pembicara webinar literasi digital bertema ”Tantangan Pembelajaran di Era Digital” yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Senin (20/9/2021).
Dalam paparannya, Amni menyebut seorang pengguna yang memiliki kecakapan literasi digital yang bagus tidak hanya mampu mengoperasikan alat, melainkan juga mampu bermedia digital dengan penuh tanggung jawab.
Merujuk temuan katadata.co, kata Amni, tantangan siswa selajar di rumah ternyata kurang pendampingan dari orang tua sebanyak 3 persen, kurang bimbingan dari guru 38 persen, tidak bisa mengakses aplikasi belajar online 4 persen, tidak punya gawai yang memadai 7 persen, akses internet tidak lancar 35 persen dan lainnya 13 persen.
”Efektifitas pembelajaran bergantung perangkat digital dan koneksi internet, kemampuan dan kualitas SDM serta platform pembelajaran digital,” kata Amni.
Amni pun mengutip Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nadiem Anwar Makarim yang menyatakan "Makanya saya ingin pembelajaran semua Project Based Learning. Saya ingin di kuliah Project Based Learning, di sekolah Project Based Learning. Jadi buat pemicu kemandirian, kolaborasi, dan kreativitas"
Amni menegaskan, pembelajaran berbasis Project Based Learning atau PBL merupakan metode pembelajaran yang menggunakan proyek atau kegiatan sebagai media.
“Project based learning merupakan model pembelajaran yang berpusat pada siswa untuk melakukan suatu investigasi yang mendalam terhadap suatu topik. Siswa secara konstruktif melakukan pendalaman pembelajaran dengan pendekatan berbasis riset terhadap permasalahan dan pertanyaan yang berbobot, nyata, dan relevan,” ujarnya.
Narasumber lain webinar itu Prof Dr. H. Henri Subiakto selaku Staf Ahli Menkominfo RI, Guru Besar Komunikasi Unair mewanti-wanti fenomena learning loos dalam pandemi ini. “Ini sebuah kehilangan kesempatan belajar atau terhambatnya pengetahuan dan kemampuan (skill) karena pandemi,” kata dia.
Kondisi itu akan memicu terjadinya ancaman diskontinuitas progres akademis. Padahal, kata Henri, penggunaan aplikasi online (belajar, bekerja, konsultasi kesehatan) semakin meningkat naik 443 persen saat diterapkan kebijakan WFH. Ritel online juga naik 400 persen. Pengguna Ruangguru meningkat 46 persen menjadi 22 juta pengguna di seluruh Indonesia Januari tahun 2021, dibandingkan Desember 2019.
“Transformasi digital berjalan lebih cepat,” tegasnya.
Webinar ini juga menghadirkan narasumber founder dari Pantoera.id, yang juga CEO Shinta VR Antovany Reza Pahlevi, Direktur Eksekutif LP3ES yang juga dosen Ilmu Politik Universitas Bakrie, Jakarta Fajar Nursahid serta dimoderatori Glennys Octania juga Adinda Daffy selaku key opinion leader. (*)
Post a Comment