Literasi Membaca: Kecakapan Dasar Memahami Arus Informasi di Medsos
Magelang – Literasi membaca mestinya semakin ditingkatkan seiring perkembangan teknologi yang membuahkan budaya digital dalam mencari dan mendapatkan informasi. Hal ini dibahas dalam webinar literasi digital yang diselenggarakan oleh Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Magelang, Rabu (13/10/2021) dengan tema “Tingkatkan Budaya Membaca Generasi Anak Digital”.
Diskusi virtual hari ini dimoderatori oleh Dimas Satria (master ofceremony) serta menghadirkan empat narasumber: Ahmad Khoirul Anwar (dosen DKV Universitas Sahid Surakarta), Indri Dwi Apriliyanti (dosen Universitas Gadjah Mada Yogyakarta), Abet Nugroho (seniman), Zulfan Arif (penerjemah). Juga Shafa Lubis (anggota @intothelightid) sebagai key opinion leader. Masing-masing narasumber menyampaikan tema diskusi dari sudut pandang empat pilar literasi digital: digital ethics, digital culture, digital skills, dan digital safety.
Ahmad Khoirul Anwar menyampaikan bahwa perkembangan teknologi semakin canggih hingga menjadi gaya hidup, termasuk dalam hal mencari dan mendapatkan informasi. Derasnya arus informasi di ruang digital harus dibarengi dengan kecakapan literasi digital agar tidak menjadi warga digital yang over reactive ketika menghadapi suatu informasi.
Teknologi informasi dan komunikasi serta internet memberikan peluang bagi semua orang untuk memproduksi dan mendistribusikan informasi secara bebas. Akibatnya warga digital menjadi rawan tercemar konten-konten negatif seperti hoaks.
“Realita tersebut perlu diantisipasi agar warganet tidak terjerumus pada konten-konten negatif. Yaitu dengan meningkatkan kecakapan membaca. Budaya membaca mestinya digalakkan kepada anak sejak anak masih pada usia dini,” jelasnya.
Literasi membaca tidak boleh meredup di tengah fasilitas teknologi yang memanjakan penggunanya dengan berbagai konten audio visual. Akan tetapi teknologi seharusnya menjadi sarana untuk mendorong peningkatan minat baca melalui konten-konten bermanfaat dan mengedukasi. Membaca adalah investasi paling murah yang hasil jangka panjangnya bisa menjadi hal yang mewah.
“Aktivitas membaca memiliki manfaat penting karena bisa meningkatkan kualitas diri dan memperluas wawasan. Menyelaraskan dengan karakter generasi masa kini yang lebih tertarik dengan konten visual, meningkatkan minat baca dapat dimulai dengan mengadopsi teks yang divisualisasikan menjadi cerita bergambar atau ilustrasi video,” ujarnya.
Tugas para content creator, khususnya pendidik, dapat mengembangkan kecakapan digital untuk membuat konten atau materi ajar yang edukatif, informatif, inspiratif dengan cara visual. Memanfaatkan aplikasi-aplikasi gratis seperti corel draw, canva, snapseed dan sebagai alat untuk membuat konten visual, atau Kine Master dan Adobe Premier untuk membuat video ilustrasi.
Di sisi lain Indri Dwi Apriliyanti menambahkan bahwa kecakapan membaca informasi di internet akan mendorong pada pembentukan sikap critical thinking dalam menilai suatu informasi. Berpikir kritis mesti dibangun karena dewasa ini konsumsi informasi dari beragam media digital akan mempengaruhi cara berpikir dan perilaku pengguna media digital.
Berpikir kritis ketika menghadapi informasi juga menjadi bagian dari etika bermedia agar dalam mengunggah dan membagikan informasi tidak melanggar hukum dan tidak melanggar hak digital orang lain.
“Dengan berpikir kritis kita punya standar moral ketika memproduksi informasi atau memutuskan untuk klik tautan atau klik share informasi. Kita mesti tahu substansi dari informasi tersebut apakah merupakan hoaks atau informasi yang memang baik dan bermanfaat,” ujar Indri Dwi Apriliyanti.
Kenyataan yang ada saat ini masih banyak masyarakat yang langsung percaya dengan informasi yang dibagikan oleh orang yang dipercaya seperti tokoh publik. Akan tetapi yang perlu dipahami, seorang dari lingkungan pendidikan sekalipun bisa terjerat fake news dan hoaks. Artinya ketika menerima informasi perlu ada identifikasi isi kontennya sebelum disebarkan lagi.
“Berhati-hati dengan judul sensasional dan provokatif karena seringkali tidak sesuai dengan isinya secara utuh. Media kita saat ini juga sering memberikan judul yang provokatif supaya orang mau klik dan membacanya. Periksa fakta dan lakukan cek silang dengan sumber-sumber media yang lainnya,” sebutnya.
Memahami informasi hoaks atau bukan bisa dilakukan dengan mencermati situs, apakah dari situs resmi atau dari domain blog. Memang cukup ribet untuk memastikan kredibilitas informasi, namun cara paling mudah adalah dengan berpartisipasi dalam komunitas anti-hoaks seperti Forum Anti Fitnah, Hasut, dan Hoaks. (*)
Post a Comment