Jurus Majukan Pariwisata Lewat Transformasi Digital
GUNUNG KIDUL– Pandemi Covid-19 telah mempercepat terjadinya proses transformasi digital. Meski begitu, pemerintah tetap harus memiliki program transformasi digital. Apalagi, kini banyak pekerjaan yang dilakukan dengan menggunakan jaringan internet. Salah satunya sektor pariwisata.
Pendapat itu disampaikan brandpreneur Edy SR di depan ratusan peserta webinar literasi digital gelaran Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Rabu, 9 Juni 2021.
Dalam diskusi virtual bertema ”Memajukan Pariwisata Melalui Transformasi Digital” ini, Edy menyampaikan pariwisata merupakan salah satu sektor yang paling parah terkena dampak pandemi. Sejak 2020, sektor pariwisata makin terpuruk. Akibatnya, sektor ini banyak mengalami kehilangan nilai ekonomi yang cukup besar.
Anjloknya bisnis pariwisata tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi di seluruh dunia. ”Sekitar 70 persen bisnis pariwisata telah mengalami kerugian. Untuk itu, pelaku pariwisata harus didorong untuk mencari alternatif cara berpromosi agar bisnis ini tetap bergeliat,” tuturnya.
Sesungguhnya, lanjut Edy, para pebisnis sektor pariwisata telah banyak menggunakan jaringan media sosial atau media digital untuk berpromosi.
Namun, promosi lebih masif masih perlu dilakukan lantaran banyaknya potensi yang menarik bagi wisatawan.
Edy mengatakan, Indonesia sesungguhnya memiliki peluang di era digital. Pasalnya, Indonesia termasuk dalam sepuluh besar yang warganya optimistis pada potensi digital. Karena itu, peluang ini mesti dimanfaatkan secara optimal.
”Transformasi digital diharapkan dapat membawa bisnis pariwisata lebih bergairah lagi, dan bangkit dari keterpurukan selama pandemi. Para palaku bisnis pariwisata dapat menggunakan media internet untuk promosi,” paparnya.
Saat ini, sambungnya, sekitar 70 persen pencarian informasi wisata dilakukan melalui media digital. Untuk itu, semua yang terkait dengan pariwisata – baik itu pemerintah maupun swasta, sudah selazimnya lebih berkonsentrasi ke arah itu.
”Jika pemanfaatan media digital tidak diprioritaskan, maka pariwisata di Indonesia tidak akan mengalami perubahan. Pariwisata itu intinya ada pada promosi,” tegas Edy.
Narasumber lain, Ishari Sahida mengatakan konsep pengembangan pariwisata umumnya dimulai dengan percakapan melalui media digital. Apalagi, lebih dari 73 persen masyarakat Indonesia terhubung dengan internet.
”Tidak hanya di kota saja, pelosok pedesaan pun sekarang sudah terhubung dengan internet. Data ini akan bertambah, seiring dengan pandemi yang masih terus berlangsung hingga kini. Sejak pandemi covid terjadi, aktivitas luar rumah belum banyak dilakukan,” tutur Ishari.
Lebih jauh Ishari memaparkan, 73 persen pengguna internet di Indonesia menyasar ke berbagai bidang. Di antaranya pendidikan, pariwisata, transportasi dan sebagainya. Perkiraannya angka tersebut akan terus bertambah jika pandemi masih terjadi.
”Data AJI menunjukkan, ranking tertinggi pencarian info pariwisata dilakukan melalui media online. Kalau dulu, pencarian data dan informasi pariwisata banyak dilakukan secara manual, yakni menyebar dari mulut ke mulut maupun berupa brosur,” pungkasnya.
Dipandu moderator Bia Nabila, webinar kali ini juga menampilkan narasumber lain: CEO Pasar Desa M. Sholahuddin N, Erfan Ariyaputra dan Sonny Ismail, selaku key opinion leader.
Masing-masing narasumber menyampaikan materi dari sudut pandang empat pilar utama literasi digital, yakni budaya digital (digital culture), aman bermedia digital (digital safety), etis bermedia digital (digital ethics), dan cakap bermedia digital (digital skill). (*)
Post a Comment