Jahitin.com, Contoh Cerdas Sinergikan Era Digital dan Keterampilan Konvensional
Banjarnegara: Pandemi Covid-19, sulit dimungkiri, membuat banyak pelaku usaha kecil hancur pemasukan. Usaha pun banyak yang macet. Tak terkecuali penjahit keliling. Jasa penjahit yang sering dijajakan keliling naik motor atau sepeda keluar masuk kampung, meski masih banyak dibutuhkan orang, namun karena pengaruh PPKM (Pengaturan Pembatasan Kegiatan Masyarakat), mereka jadi mati kutu. Putus rezeki.
Tapi terobosan Naryo, satu tukang jahit kreatif dan kawan kawan di Depok pojokan Jakarta, menunjukkan ia jeli menangkap peluang. Penjahit asal Pekalongan itu minta anaknya bikin aplikasi untuk memudahkan dirinya mengkoordinasikan garapan jahitan dan dijual online. Jahitin.com, nama website untuk jualan produk, dibuatkan oleh sang anak dan ia operasikan sehari-hari. Naryo, dkk yang membuat produknya.
Apa produknya? ”Sesuai kebutuhan, bukan batik pekalongan atau gamis, tapi mereka memproduksi beragam model desain masker dan baju APD rumah sakit, lalu dijual secara online di Instagram. Tidak dinyana, dengan mengelola sesama teman perantau Pekalongan sejumlah 300 orang, setiap hari 3.000 item masker dan APD mereka produksi. Dengan kemasan standar prokes, produk tersebut laris diorder secara online. Omzet pun mencapai puluhan juta dan dibagi sesama penjahit. Yang penting rezeki lancar. Beberapa teman mulai bisa ganti motor dan punya mobil buat delivery,” begitu cerita cerdik Naryo, dkk, yang dibagikan oleh Kokok Herdianto Dirgantoro, CEO Opal Communications saat berbicara dalam webinar literasi digital yang digelar Kementerian Kominfo untuk warga Kabupaten Banjarnegara, 14 Oktober 2021.
Dalam webinar yang dibuka lewat keynote speech Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, Kokok mengupas topik ”Keterampilan Digital di Era Pandemi” dan diikuti ratusan peserta lewat daring. Dipandu moderator, presenter Fernand Tampubolon yang ditemani key opinion leader presenter Bella Ashary, tampil pula tiga pembicara lain. Yakni, Alna Masrurin, media planer dari ceritasantri.id; Haswan Borris Muda Harahap, dosen Institut Stiami Jakarta; dan Fransiska Desiana Setyaningsih, dosen Unika Widya Mandira Kupang yang juga pegiat Japelidi.
Kecakapan memadukan keterampilan konvensional ditambah kejelian menyinergikan dengan kecakapan digital, kini makin banyak dicoba pelaku UMKM lain. Karena dipaksa kondisi pandemi, ide kreatif pun bermunculan.
”Ada juga tukang cukur yang posting di akun Facebook melayani jasa cukur rambut sekeluarga dengan prokes, bermasker, dan standar 5M-nya. Pesanan dan antrean lewat WhatsApps pun bikin si tukang cukur kreatif itu kewalahan. Ia lalu melatih tiga orang tetangganya untuk jadi asisten. Kini, si Rahmat jadi bos tukang cukur online dadakan. Tetap sumringah meski di masa pandemi,” kata Kokok, melanjutkan ceritanya.
Jangan lupa, meski peluang beragam bisnis tetap bisa ditangkap dengan smartphone, namun pelaku UMKM jangan lengah. Pelaku kejahatan dan penipuan digital masih berkeliaran dan menyasar siapa saja tanpa pilih bulu. So, mengutip Fransiska Desiana, jangan gampang terayu hadiah palsu yang biasanya minta kita klik link bodong mereka, dan jebakan phising. Ambil data pribadi kita, buat ajukan pinjol atas nama kita. Kita tidak pakai dana, tapi mendadak ditagih angsuran.
”Pushing akibat pishing semakin banyak terjadi seantero negeri. Saran saya, waspadalah. Jangan gampang klik kalau ada pesan atau konten masuk akun digital kita yang belum kita kenal dan enggak perlu. Solusi amannya, langsung hapus saja. Jangan mimpi dapat duit gede tanpa usaha, yang ada malah kita jadi sengsara,” pungkas Fransiska Desiana dari Kupang, nun di ujung timur Indonesia. (*)
Post a Comment