Jaga Siswa saat Unggah dan Unduh selalu Perhatikan Unggah ungguh
Tegal – Data Kominfo terbaru tahun ini yang dikutip Handono, Kepala MAN Salatiga saat mengupas webinar Literasi Digital Indonesia Makin Cakap Digital untuk warga Kabupaten Tegal, Jawa tengah, 5 Oktober 2021 menarik untuk dikritisi.
“Kominfo mencatat ada 30 juta-an remaja wabil khusus siswa SD hingga sekolah menengah mengakses internet dengan gawainya setiap hari, untuk beragam kepentingan tak hanya untuk proses belajar di kelas onlinenya setiap hari. Hal ini tentu butuh perhatian dan pendampingan orang tua dan guru agar siswa tak salah pilih konten dan materi yang kalau dibiarkan bisa menganggu kepribadian dan perilaku sosial di masa tumbuh kembangnya”, ujar Handono lebih jauh mengurai topik webinar, “ Adaptasi Literasi Empat Pilar Untuk Siswa”, yang diikuti ratusan peserta lintas profesi dari seantero Tegal secara daring.
Bahkan, lebih jauh Kakanwil Kementrian Agama Jateng, H Mustain Ahmad SH MH, saat tampil sebagai keynote speech, webinar yang digelar Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) dengan Debindo kawatir penetrasi medsos dalam menjadikan para siswa kader Gerakan radikalisme agama dan perusakan ideologi berciri agama sejak dini khususnya bagi anak-anak di madrasah dan pesantren.
“Mari para Guru khususnya di keluarga besar Kementrian Agama, di Madrasah dan pesantren se Jawa Tengah untuk turun langsung terlibat aktif mendampingi siswa saat aktif mermedia digital untuk mencegah agar tak terpapar konten negatif itu, karena remaja kita adalah kader penerus masa depan bangsa kita”, pesan Mustain.
Handono dan Mustain cukup antusias mengupas tema webinar yang amat penting buat kaderisasi siswa dimasa Pandemi. Dimoderatori Finalis Miss Indonesia 2008 Yessica, tapil pula tiga pembicara lain, Fadrian Gultom, praktisi Teknologi Finacial dan Digital marketing Branding, Eddie Siregar, penggiat empat pilar, dan Arfian dosen dan konsultan SDM serta Shafa Lubis anggota @ingthotelightid yang tampil sebagai key opinion leader.
Dalam catatan Fadrian Gultom, pembicara lain, malah tak hanya konten radikalisme, siswa dan remaja Indonesia di usia produktif juga mesti hati- hati dari ancaman cyber bully bukan hanya sebagai korban dikawatirkan malah jadi pelaku. “Hal sepele kadang malah dijadikan alasan mereka saling bully teman sekolah di medsos mereka, kadang Cuma karena rasa tak suka temanya gendut atau bajunya dirasa norak jadi bahan bully di medsos. Itu bikin yang dibully ndak nyaman dan terganggu psikologisnya sampe susah tidur dan malas ikuti kelas online dalam jangka lama. Ini ndak bisa dibiarkan,” terang Fadrian serius.
Namanya remaja sudah sangat erat dengan dunia digital, tindakan bully itu tentu dilakukan di gawainya lewat beragam platform, “Kita pernah survey bahwa tidakan bullynya yang lewat Istagram itu mencapai 42 persen, lewat Facebook 37 persen dan WhatsApps 12 persen bahkan diledek dengan video di Youtube sampai 10 persen. Jangan sepelekan cyber bully di masa kini, banyak remaja di Eropa hingga artis sinetron di Korea yang sangat tertekan dengan banyaknya bully di medsosnya sebagian sampai memutuskan bunuh diri, jadi kewajiban orang tua setidaknya yang lebih dewasa juga guru harus terlibat mendampingi, agar hal ini tak terus terulang,” pesan Fadrian .
Handono kembali wanti wanti para Guru di sekolah juga mesti tampil membimbing dan memberi tauladan siswa saat mereka mengunggah dan mengunduh konten digital dari medsos , khusunya saat proses pembelajaran online. “Orang tua terlebih juga mesti turut awasi anak, pastikan agar saat mereka mengunggah hanya konten yang sehat saja dan saat mengunduh hanya yang memberi manfaat, dan juga jaga mereka tetap menjaga unggah ungguh, artinya etika digital yang terus terjaga positif,” pesan Handono.
Memang di era persaingan 4.0 dalam pandangan Arfian, kompetensi digital di segala lapisan usia produktif menjadi suatu keharusan. ”Kecakapan dan ketrampilan digital sudah menjadi ketrampilan dasar yang tak terelakan dan mesti dikuasai bukan hanya untuk modal maju dan berkembang tapi juga bersaing baik dalam berprestasi di sekolah tapi survive di segala aspek kehidupan,” pungkasnya. (*)
Post a Comment