Guru Sebagai Penggerak Budaya Digital di Lingkungan Sekolah
Karanganyar – Akselerasi transformasi digital merupakan visi dan kebijakan Presiden Joko Widodo. Budaya digital sebagai prasyarat akselerasi transformasi digital menempatkan guru berperan penting sebagai penggerak budaya digital di lingkungan pendidikan.
Pendapat tersebut disampaikan oleh Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Karanganyar Nurini Retno Hartuti saat menjadi narasumber webinar literasi digital yang digelar Kementerian komunikasi dan Informastika (Kominfo) untuk masyarakat Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, Selasa (26/10/2021).
Dalam diskusi virtual bertajuk ”Memanfaatkan Fitur Digital dalam Pembelajaran Bagi Guru di Era Milenial” itu, Retno mengakui selain memiliki dampak negatif, media digital juga memiliki sejumlah dampak positif yang sangat bermanfaat bagi pengembangan dunia pendidikan.
”Dampak positif itu di antaranya kemudahan memperoleh informasi secara cepat dan variatif untuk mendukung materi pembelajaran siswa. Kemudian juga tumbuhnya inovasi pembelajaran seperti e-learning, sehingga proses pendidikan menjadi lebih mudah,” tutur Nurini Retno Hartuti di depan 430-an partisipan webinar.
Kemajuan TIK, lanjut Retno, juga akan memungkinkan pengembangan teleconference kelas virtual atau kelas yang berbasis yang tidak memerlukan pendidik dan peserta didik berada dalam satu ruangan. Selain itu, sistem administrasi pada lembaga pendidikan akan lebih mudah dan lancar karena penerapan sistem TIK.
Menyampaikan materi dari perpektif digital culture, Retno menjelaskan bahwa budaya digital merupakan budaya baru yang terbentuk dengan digitalisasi. Menurutnya, budaya digital yang kuat akan meningkatkan produktivitas dan inovasi untuk mempertahankan keunggulan kompetitif.
Menurut Retno, guru sebagai penggerak budaya digital di lingkungan sekolah mempunyai konsekuensi dalam memahami potensi pemanfaatan teknologi untuk mewujudkan kinerja guru. Selain itu juga tanggung jawab dalam meningkatkan kompetensi digitalisasi (cakap bermedia digital, etis bermedia digital, aman bermedia digital, dan budaya bermedia digital), serta mampu berperan sebagai influencer yang baik di lingkungan sekolah sehingga terbentuk ekosistem digital.
”Dengan begitu kinerja guru akan meningkat baik dalam perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, penilaian pembelajaran, dan pelaporan. Lalu juga meningkatkan kinerja sekolah, meningkatkan kemampuan literasi digital, serta kecerdasan digital siswa,” pungkasnya.
Berikutnya, Praktisi Pendidikan Adhi Wibowo menyatakan, pemanfaatan aplikasi maupun sosial media untuk pembelajaran tidak dapat digeneralisasi. Hal ini disebabkan karena setiap pembelajaran memiliki karakteristik dan indikator-indikator pembeda yang menyebabkan suatu metode dan media tertentu tidak dapat disamaratakan.
Menteri pendidikan dan kebudayaan memberikan kebebasan atau kemerdekaan bagi guru untuk membuat rencana pembelajaran. Kebebasan ini diartikan sebagai rasa percaya pemerintah kepada guru untuk menyiapkan dan mengelola pembelajaran.
”Guru adalah sutradara pembelajaran yang melakukan perencanaan pembelajaran. Perencanaan pembelajaran meliputi penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dan penyiapan media dan sumber belajar, perangkat penilaian dan skenario pembelajaran,” tutur Adhi Wibowo.
Dipandu moderator Neshia Sylvia, webinar kali ini juga menghadirkan narasumber Ragil Triatmojo (Blogger dan SEO Specialist), Puput Gunadi (Tim Pengembang Kurikulum Pendidikan Kemendikbud), dan Content Creator Aprilia Ariesta selaku key opinion leader. (*)
Post a Comment