Don’t Posting Before You Think. Postinganmu Tunjukkan Cara Berpikirmu
Boyolali: Sebagai ruang ekspresi yang baru, lahirnya ruang digital kini makin nyata membuat berjuta manusia yang terkoneksi internet punya pola pikir, perilaku, dan tanpa sadar membentuk budaya hidup yang baru. Bahkan kini, begitu banyak orang memulai hidup sejak bangun tidur dengan pegang smartphone. Ritual wajib di detik awal bangun tidurnya. Ketakutan ketinggalan informasi begitu nyata mereka rasakan.
Padahal, mengutip Athif Tithah Amituhu, content writer dari cerita santri.com, kalau dinikmati santai tanpa beban, jalani kehidupan digital kita dengan motivasi interaksi sosial seadanya. Menyampaikan aspirasi seperlunya kalau dirasa ada yang penting, jangan semua dikomentari. Kalau perlu, jadikan medsos sebagai sarana untuk menambah kerja kolaboratif yang berguna bagi banyak orang.
Kini, kita bisa berdiskusi tanpa bertemu dengan banyak orang dengan Google Meet dan Zoom. Banyak juga aktivitas sosial dan perjuangan suatu isu kita jalankan bersama-sama dengan kawan lintas usia lintas profesi, misalnya mengatasi solusi sampah kota atau banyaknya pengemis. Aktivitas seperti itu bisa kita kolaborasikan dengan beberapa pihak terkait.
”Kalau kita biasa bekerja positif dan manfaat, maka ruang digital akan menjadi sarana menggelar banyak ide dan tantangan menjadi nyata secara bersama sama. Ruang digital membantu mewujudkannya,” pesan Athif Tithah saat mengisi materi dalam webinar literasi digital : Indonesia Makin Cakap Digital yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk warga Kabupaten Boyolali, 11 Oktober 2021.
Membahas tema ”Menjadi Pengguna Internet yang Beradab”, Athif tentu tak tampil sorangan. Dipandu moderator Boby Aulia yang ditemani Adinda Daffy sebagai key opinion leader, webinar juga menghadirkan tiga narasumber lain: Sabinus Bora Hanggawuwali, peneliti sosial dari UGM; Krisno Wibowo, pemred kabarkampus.com; dan Widiasmorojati, entrepreneur dan konsultan bisnis.
Meski ruang digital adalah ruang borderless yang tanpa batas, bukan berarti kita bebas melampiaskan ekspresi hati dan pikiran tanpa risiko. ”Ruang digital itu ada netiket, tatakrama yang sama-sama mesti kita jaga bersama. Orang akan menilai apa yang kita pikir dan pola pikir kita dalam setiap postingan kita. Jadi, think before you posting, pikir matang dan sabar sebelum Anda posting sesuatu di ruang digital, karena di sana Anda akan dinilai publik digital yang beragam dan terkadang kejam,” pesan Sabinus serius.
Sabinus melanjutkan, dalam berinteraksi di ruang internet, jaga adab kita. Karena orang banyak memahami, jaga adabmu kalau ingin tunjukkan kau berilmu. Orang beradab pasti berilmu, tapi orang berilmu belum tentu beradab. Budayakan jangan ikut menanggapi semua topik di medsos. Apalagi yang tak ada hubungan dan keterkaitan dengan keseharian hidup kita.
”Kadang kita enggak paham dan ikutan, justru mengundang respon negative, dan kita di-bully banyak orang karena salah respons. Itu karena kita tak paham dan cuma ikutan koment. Rugi sendiri dan malah merusak jejak digital kita, menjadi negatif bagi banyak orang yang ikut menanggapi,” papar Sabinus.
Adab itu mengajarkan hati-hati. Biasakan membaca tuntas suatu informasi. Diskusi dan cek dulu akurasi informasinya, jangan buru-buru ikut koment. ”Toh, tidak ada yang menilai baik kalau Anda buru-buru men-share suatu kabar, kalau ternyata salah dan mengundang mudharat. Anda juga yang akan menuai dampak buruknya,” pungkas Sabinus. (*)
Post a Comment