Cetak SDM Cakap Digital, Kolaborasi Guru dan Orang tua Diperlukan
Kabupaten Magelang - Kemampuan membaca sangat berpengaruh pada kemampuan berpikir kritis dan sistemik berkolaborasi, berkomunikas dan juga berkreasi dan berinovasi.
Hal tersebut dikatakan oleh Princeton Bridge Year On-site Director Indonesia, Sani Widowati dalam webinar literasi digital dengan tema “Pendidikan Bermutu Untuk Generasi Anak Digital” yang digelar Kementerian Kominfo dan Debindo bagi warga Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, pada Selasa (12/10/2021).
Sani mengungkapkan di era perkembangan teknologi saat ini, kemampuan yang harus dimiliki dalam pemanfaatan digital untuk menunjang kehidupan sehari-hari yang pertama yakni digital skill.
Digital skill berkaitan dengan kemampuan individu dalam mengetahui, memahami, menggunakan, mengevaluasi dan membuat informasi secara efektif menggunakan perangkat keras maupun piranti lunak serta sistem operasi digital dalam kehidupan sehari-hari.
Kemudian digital culture yang merupakan bentuk aktivitas masyarakat di ruang digital dengan tetap memiliki wawasan kebangsaan, nilai-nilai Pancasila dan Kebhinnekaan. Lalu, digital safety berupa kemampuan masyarakat untuk mengenali, menerapkan, meningkatkan kesadaran perlindungan data pribadi dan keamanan digital.
“Kemampuan selanjutnya yakni digital ethic, berupa kemampuan menyadari, mempertimbangkan dan mengembangkan tata kelola etika digital dalam kehidupan sehari-hari,” kata dia.
Dalam pemanfaatan teknologi untuk pendidikan, menurut Sani bisa dengan berbagai platform yang telah tersedia. Semisal saja memakai media YouTube, Google Workspace hongga Zoom.
Sani mengatakan agar pembelajaran kepada peserta didik bisa efektif, maka harus dengan cara kolaborasi, antara guru, peserta didik dan juga orang tua murid. “Dengan begitu akan menciptakan sumber daya manusia yang cakap digital,” katanya.
Narasumber lainnya, Trainer dan Motivator, Fuzna Marzuqoh mengatakan era digital merupakan masa ketika informasi sangat mudah dan cepat diperoleh serta disebarluaskan menggunakan teknologi digital.
Di era digital ini muncul istilah digital native yakni generasi yang lahir dan tumbuh berkembang dalam dunia digital, dan berinterkasi secara teratur dengan teknologi sejak usia dini.
Untuk itu, menurutnya, perlu ditekankan agar adanya pendidikan berupa etika digital yakni nilai-nilai atau kaidah maupun ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik. “Etika digital adalah kaidah tingkah laku yang baik dalam bersosial dengan menggunakan media digital dalam berbagai kepentingan,” ujarnya.
Menurutnya, generasi digital dapat memanfaatkan internet ntuk berbagai keperluan, termasuk untuk menunjang pembelajarannya. namun mereka harus menggunakan etika saat berselancar di dunia digital.
“Berkat kemajuan internet, banyak aktivitas positif dapat dilakukan dengan memanfaatkan media sosial, seperti berkomunitas, belajar, aksi sosial dan sebagainya,” katanya.
Namun, kata Sani, media sosial juga sering menjadi pemicu munculnya beragam persoalan negatif, seperti maraknya berita bohong, ujaran kebencian, hasutan, caci maki dan adu domba yang berpotensi mengancam persatuan dan kesatuan, serta ideologi bangsa.
“Etika di dunia digital yang perlu dipahami yakni dalam berinteraksi di internet juga dengan manusia, mengenai aturan di mana berada, menghargai waktu serta kuota internet orang lain serta menampilkan jejak digital yang baik,” ucapnya.
Dipandu moderator Oony Wahyudi, webinar kali ini juga menghadirkan narasumber Bekti Dyah Hastuti (Pengawas SMP Kabupaten Magelang), Novi Widyaningrum (Researcher, Center for Population and Policy Studies UGM), dan Automotive Enthusiast Ayu Rachmah, selaku key opinion leader. (*)
Post a Comment