Bisnis Beralih Digital, Pelaku UMKM Ubah Strategi Penjualan
Karanganyar – Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat yang membatasi mobilitas massa di wilayah Jawa-Bali mengakibatkan kian tergerusnya pendapatan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Seiring melemahnya produktivitas pelaku UMKM, perekonomian mereka pun melemah.
“Banyak pelaku UMKM yang memilih mundur dengan adanya pembatasan jualan oleh kebijakan pemerintah,” ujar Siti Aminataz Zuhriyah (Editor dan Penulis Jurnal), saat menjadi narasumber webinar literasi digital yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk masyarakat Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, Jumat (23/7/2021).
Banyak UMKM yang harus menutup usahanya bahkan tercatat 88 persen usaha mikro kehabisan kas atau tabungan. Lebih dari 60 persen mengurangi tenaga kerjanya. Kondisi ini merupakan ancaman bagi perekonomian nasional.
Namun demikian, pandemi Covid-19 secara tidak langsung telah mendorong perubahan baru dalam langgam bisnis Indonesia. Perubahan tersebut yaitu beralihnya bisnis offline menuju bisnis digital yang dikenal juga sebagai fenomena kewirausahaan digital.
Menurut dia, UMKM mengubah strategi penjualan melalui skema digitalisasi. yakni dengan memanfaatkan market place (perantara) dan menggunakan media sosial sebagai teknik pemasaran dan bersinergi dengan warganet dalam pemasaran produk dan jasa. warganet dapat didorong untuk bisa ikut mengambangkan UMKM digital dengan teknik reseller.
Sebagai gambaran, pada tahun 2025, nilai ekonomi digital Indonesia diperkirakan bisa mencapai lebih dari 130 miliar Dolar AS. Tercatat 10,25 juta pelaku UMKM terhubung dengan ekosistem digital. Selama pandemi, 42 persen UMKM menggunakan media sosial.
Narasumber lainnya pada webinar yang mengangkat tema ”Tantangan Digitalisasi UMKM di Tengah Pandemi Covid-19”, Maryam Fithria selaku Co-Founder Pitakonan Studio and Management, menyampaikan selama pandemi penjualan online meningkat. Persoalannya, tidak semua pelaku UMKM mampu memasuki pasar digital.
Selain karena faktor gagap digital, juga disebabkan minimnya informasi, network, keterbatasan modal serta manajerialnya rendah.
Dipandu moderator Roi Siswanto, webinar juga menghadirkan narasumber Monika Sri Yuliarti (Dosen Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Sebelas Maret), Nurul Hajar Latifah (Aktivis Dialog Antar-Iman Klaten) dan Masayu Dewi (Content Creator & Entrepreneur) sebagai key opinion leader. (*)
Post a Comment