Bergerak Menjaga Demokrasi yang Sehat di Ruang Digital
PATI: Dosen Universitas Padjadjaran Ahmad Buchari mengatakan, tak bisa dimungkiri lagi, perkembangan media sosial akhir-akhir ini telah turut andil dalam menentukan kebijakan di negeri kita.
"Banyak kebijakan yang "terpengaruh" dengan iklim dan tren di media sosial. Jika ditelaah lebih jauh, mungkin medsos ini lebih berafiliasi kepada kelompok penekan (pressure group) yang turut andil dalam menyumbang lahirnya pandangan atau opini dalam masyarakat," terang
Buchari saat menjadi pembicara webinar literasi digital bertema "Berdemokrasi yang Santun di Dunia Digital" yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Pati, Jawa Tengah, Kamis (23/9/2021).
Dalam paparannya, Ahmad Buchari menyebut opini yang terbelah antara yang pro dan kontra biasanya lebih mudah disalurkan melalui media sosial ini. Dalam sosialisasi politik, lanjut Buchari, kerapkali medsos digunakan sebagai alat propaganda politik, sedangkan dalam hal kaderisasi politik terbentuk grup-grup yang tertarik dengan masalah politik serta mengangkat isu-isu politik.
"Mengenai akselerasi komunikasi politik, sudah sangat jelas bahwa media sosial ’sangat diperhitungkan’ untuk saat ini," urainya.
Dalam teori sistem politik David Easton, lanjut Buchari, disebutkan bahwa kelompok penekan ini sesungguhnya memiliki kedudukan penting dalam mengartikulasi dan mengagregasi kepentingan untuk penguasa. Artinya, mereka yang tergabung dalam komunitas media sosial memiliki posisi tawar yang semakin menguat seiring dengan semakin bertambahnya pengguna.
"Fenomena media sosial yang semakin masif ditambah juga dengan kemudahan akses baik melalui komputer maupun gadget (smartphone) serta media portabel lainnya menambah semarak permedsosan di Tanah Air," jelasnya.
Opini publik yang tergalang melalui media sosial juga menjadi amunisi untuk dapat menekan para pembuat kebijakan terkait dengan isu publik tersebut. Selain sebagai penyuara aspirasi, media sosial juga berfungsi sebagai kontrol sosial.
"Dalam hal ini, jika ada kebijakan yang dirasakan merugikan kepentingan publik dan cenderung tidak populer, maka publik akan meresponsnya dengan cepat," tukas Buchari.
Penggunaan media sosial yang setiap tahunnya meningkat membuat publik bebas menyampaikan pendapat mereka tentang apapun melalui media online. Jika tidak puas terhadap suatu kondisi seperti masalah politik dan pemerintahan maka dengan mudah disampaikan melalui media sosial.
"Hal ini menumbuhkan demokrasi di ranah virtual," kata Buchari.
Buchari sepakat dengan yang pernah diutarakan Sandrayati Moniaga, Komisioner Komnas HAM Bidang Pengkajian dan Penelitian. Bahwa era digital diibaratkan air mengalir yang tidak dapat dibendung. Perlu kecerdasan dan sikap kritis dalam mencerna sebuah informasi.
"Kebebasan berpendapat dan berekspresi di era digital belum berjalan dengan baik, perlu upaya dari semua pihak agar kemajuan teknologi tidak menjadi pemecah belah bangsa melainkan digunakan sebagai pemersatu bangsa.” tegas Buchari mengutip Moniaga.
Dalam konteks inilah, Buchari menilai konten digital memegang peranan penting dan perlu diperhatikan lebih serius. "Konten mengacu pada informasi berkualitas tinggi, ditulis dengan baik, dan bermanfaat yang memberikan nilai kepada pelanggan Anda (saat ini dan potensial)," kata dia.
Konteks adalah menyampaikan pesan yang tepat pada waktu yang tepat kepada orang yang tepat. Dibutuhkan konten ke tingkat berikutnya, dengan memanfaatkan saluran yang tepat dan mengelompokkan distribusi pengguna untuk efisiensi maksimum.
Narasumber lain webinar itu, dosen komunikasi Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta, Anang Masduki menambahkan karakter dunia digital bergantung tiga hal.
"Yakni adanya interaksi, organisasi dan society," kata Masduki.
Masduki menyebut dalam ruang digital perlu pula tegaknya unsur-unsur demokrasi. Meliputi partisipasi masyarakat dalam kehidupan bernegara, adanya kebebasan, supremasi hukum, pengakuan kesamaan warga negara serta pengakuan supremasi sipil atas militer.
Webinar ini juga menghadirkan narasumber lain seperti dosen IAIN Salatiha Abdul Latief, redaktur Langgar.co Abdul Rohim serta dimoderatori Harry Perdana juga Astira Vern selaku key opinion leader. (*)
Post a Comment