Belajar Daring Aman dan Menyenangkan, Kudu Paham Pemanfaatan Fitur Digital
Banyumas – Sejak pandemi Covid-19 merebak di Indonesia, kebijakan pendidikan dilaksanakan secara daring. Namun pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran berkemungkinan akan terus digunakan meskipun saat ini pembelajaran secara tatap muka sudah mulai dilakukan kembali. Hal ini dibahas dalam webinar literasi digital yang diselenggarakan oleh Kementerian Kominfo RI untuk masyarakat Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, dengan tema “Transformasi Digital Pembelajaran di Masa Pandemi: Strategi Efektifitas Pembelajaran Tatap Muka”, Jumat (29/10/2021).
Diskusi dipandu oleh entertainer Bobby Aulia dan diisi oleh empat narasumber: Heriyati (Wakil Bendahara PGRI Banyumas), Ahmad Sururi (dosen Universitas Serang Raya), Ani Widosari (Kepala Seksi Kurikulum SD), Annisa Choiriya Muftada (social media communication PT Cipta Manusia Indonesia). Serta Neshia Sylvia (tv host) sebagai key opinion leader. Masing-masing narasumber mengupas tema diskusi dari sudut pandang empat pilar literasi digital, digital ethics, digital skills, digital culture, digital safety.
Wakil Bendahara PGRI Banyumas Heriyati menyampaikan bahwa transformasi pendidikan ke ruang digital menjadi pilihan tak terbantahkan dalam menghadapi pandemi, karena pendidikan kepada anak tidak mungkin dihentikan. Ia mengatakan bahwa mantan Presiden RI Gus Dur pernah menyampaikan jika teknologi serupa dengan sungai maka tugas guru adalah mengajarkan kepada murid untuk berenang.
Dalam proses pendidikan secara daring, guru tidak hanya bertugas memberikan pemahaman tentang materi ajar tetapi sekaligus mengajarkan bermedia sosial dengan benar dan memanfaatkan teknologi dengan bijak. Memandu murid untuk menjaga privasi di ruang digital, tidak menyebarkan hoaks, menggunakan media digital seperlunya, dan hanya membagikan hal-hal positif dan bermanfaat.
”Pada proses pembelajaran tatap muka pendidik bertugas mendorong keterlibatan penuh peserta didik dalam perkembangan pembelajaran, refleksi maupun pola pikir. Mengajarkan pendidikan yang inklusif, berorientasi sosial, kemampuan, dan kebutuhan peserta didik. Serta pembelajaran yang menyenangkan,” ujar Heriyati kepada 400-an peserta diskusi.
Strategi pelaksanaan pendidikan di masa pandemi menggunakan sistem blended learning yaitu kombinasi pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran online. Hal ini karena kondisi pandemi masih belum benar-benar dapat dikendalikan, sedangkan kebutuhan pendidikan menjadi prioritas.
”Sistem pembelajarannya dilaksanakan dengan lingkungan yang ceria dan bahagia. Bermain bisa menjadi media pembelajaran yang menyenangkan dengan goal pembelajaran cukup sampai anak paham dengan materi. Pembelajaran yang bermakna, dimana proses belajar tidak sekedar tugas dan hafalan. Serta meningkatkan kolaborasi berbagai pihak terkait, sekolah, guru, siswa, dan orang tua untuk meningkatkan evaluasi hasil belajar anak didik,” terang Heriyati.
Annisa Choiriya Muftada menambahkan bahwa anak didik perlu dibekali dengan pemahaman keamanan bermedia digital, mengingat penggunaan teknologi saat ini semakin tinggi baik untuk menunjang pembelajaran atau untuk hiburan. Karena realitanya, banyak sekali laporan cyber crime yang terjadi ketika aktivitas digital meningkat.
Digital safety adalah kemampuan individu dalam mengenali, menerapkan, menganalisis, dan meningkatkan tingkat keamanan digital dalam kehidupan sehari-hari. Selain guru, orang tua juga memiliki tugas untuk medampingi kegiatan online anak agar tidak terjerumus pada hal-hal membahayakan di ruang digital.
“Jadi orang tua pun harus melek teknologi. Mengedukasi anak agar tidak mudah membagikan data atau informasi pribadi kepada orang lain, atau membaginya di ruang medsos,” ujar Annisa Choiriya Muftada.
Pastikan anak mengakses dan klik tautan yang aman. Cek dan ricek URL yang diterima, jika tidak menggunakan https, tidak ada tanda gembok hijau, dan URL terlihat aneh maka patut dicurigai sebagai link palsu. Lalu terkait konten, juga harus cermat dan membaca informasi secara utuh. Dengan demikian akan terhindar dari jebakan hoaks, penipuan, dan kejahatan.
”Amankan gawai dan akun digital dengan memasang password yang kuat dan selalu logout jika berselancar menggunakan perangkat milik orang lain. Aktifkan pengaturan privasi setiap akun, gunakan verifikasi dua langkah untuk pengamanan berlapis. Menjelajah di situs aman dan terpercaya, tidak sembarang klik tautan, atau share info pribadi. Selalu hapus riwayat pencarian dan minimalisir penggunaan wifi publik untuk aktifitas penting,” tutupnya. (*)
Post a Comment