Agama Kini Mudah Dipelajari di Internet, Tingkatkan Kemampuan Digital Safety
Klaten - Media sosial membawa dampak positif dan negatif bagi penggunanya. Adapun untuk dampak positifnya yakni bisa mempermudah kegiatan belajar, dan dapat digunakan untuk berdiskusi dengan teman sekolah melalui berbagai platform.
Hal tersebut dikatakan oleh Penulis & Co-Founder Akademia Virtual Media, Muawwin dalam webinar literasi digital dengan tema “Dampak Pengetahuan Agama Melalui Medsos” yang digelar Kementerian Kominfo dan Debindo bagi warga Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, pada Jumat (29/10/2021).
Muawwin menegaskan, media sosial bisa mempermudah kegiatan belajar dengan situs-situs belajar yang mudah diakses. Kemudian juga mempermudah siswa mendapatkan ilmu keagamaan melalui video, seperti animasi. “Media sosial juga bisa menghilangkan rasa jenuh siswa,” katanya di depan 430-an partisipan webinar.
Sedangkan untuk dampak negatifnya yakni bisa mengurangi waktu belajar karena keasyikan dan fokus di media sosial ketimbang belajarnya. Kemudian juga bisa merusak moral siswa.
“Mereka dapat mengakses atau melihat gambar cabul dengan mudah. Bisa juga mengakibatkan kecanduan. siswa akan terus-terusan bermain di dunia maya dan meninggalkan interaksi sosial dengan orang lain,” tuturnya.
Menurut Muawwin, penggunaan media sosial bagi siswa atau generasi muda ini juga memiliki tantangan tersendiri di sektor pendidikan agama. Beberapa tantangan itu di antaranya terlena dengan cara beragama yang instan dan cara ngaji agama di internet.
“Tausiyah agama bisa disimak lewat smartphone dan bisa memilih sendiri topiknya,” katanya.
Kemudian juga, melalui smartphone orang bisa mencari informasi tentang agama apapun, menyebarkan agama maupun menerima informasi keagamaan.
Tantangan selanjutnya yakni melalui smartphone, remaja bisa mempresentasikan identitas religiusnya pada layar handphone bergambar profilnya yang behijab.
Sementara, fenomena keagamaan di era digital saat ini, menurut Muawwin, membuat para siswa menggemari materi pehamaman yang tersampaikan lewat tausiyah dari para ustad yang menjadi favorit atau idolanya.
Selain Abdul Somad yang terpilih sebagai penceramah favorit, para siswa umumnya menyukai penceramah muda dan cara penyampaiannya yang santun dan mudah dicerna. Siswa juga diketahui tidak menyikapi penceramah yang meledak-ledak, keras dan cenderung provokatif. “Alasan menyukai tausiyah, karena kajian metarinya up to date dan terkait dengan isu terkini,” katanya.
Fenomena lain yang muncul yakni untuk mempelajari agama, siswa merasa lebih cepat mencari tahu ke internet daripada harus ke perpustakaan. Mereka merasa lebih cepat dan praktis mencari ke google daripada membaca dari buku. “Muncul juga fenomena adanya ketergantungan dan kecintaan yang berlebihan dengan ustad pilihannya,” ucapnya.
Narasumber lainnya, Technology Entrepreneur & Innovation Warrior, Erlan Primansyah lebih menekankan pada kemampuan keamanan digital dalam menggunakan platfrom digital.
“Digital safety atau keamanan digital merupakan kemampuan melindungi diri dan aset digital ketika berada di ruang digital. Kita harus dapat memanfaatkan peluang baru yang ada di internet, sekaligus kita juga harus dapat menjaga data digital kita,” ujarnya.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan yang termasuk keamanan digital itu di antaranya selalu memakai aplikasi resmi, kemudian tidak sembarangan melakukan revisi data untuk login dan sejenisnya pada suatu situs atau halaman yang dibuka.
“Waspada terhadap penipuan dan jebakan melalui tautan phising. Lalu, berhati-hati saat menggunakan jaringan wifi publik,” ucapnya.
Dipandu moderator Rara Tanjung, webinar kali ini juga menghadirkan narasumber Siti Nurhidayati (Pengawasi PAI), Imam Buchori (Kabid PAI Kanwil Kemenag Jawa Tengah), dan Putra Pariwisata Indonesia 2018, Arya Purnama, selaku key opinion leader. (*)
Post a Comment