Tidak Semua Konten yang Benar Pantas Disebar
Wonogiri – Masyarakat tidak cukup hanya mampu mengoperasikan berbagai perangkat TIK dalam kehidupannya sehari-hari, tetapi juga harus bisa mengoptimalkan penggunaannya untuk sebesar-besar manfaat bagi dirinya dan orang lain.
”Konten yang baik belum tentu benar, tidak semua konten yang benar pantas disebar, konten yang benar belum tentu bermanfaat. Saring sebelum sharing,” ujarnya Fakhriy Dinansyah (Communication dan CSR Specialist) saat menjadi narasumber webinar literasi digital yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk masyarakat Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, Kamis (22/7/2021).
Sikap kehati-hatian seperti itu, menurut Fakhriy, merupakan salah satu bagian dari cakap literasi digital. Seorang pengguna jika memiliki kecakapan literasi digital yang bagus maka tidak hanya mampu mengoperasikan alat, melainkan juga mampu bermedia digital dengan penuh tanggung jawab.
”Selayaknya dunia fisik di sekitar kita, ada beberapa hal yang perlu kita ketahui dan pahami agar tidak tersesat dalam dunia digital. Media digital misalnya memungkinkan munculnya interaksi yang menimbulkan diskusi, tidak seperti media konvensional yang lebih searah,” jelasnya.
Sebagai gambaran, dari hasil survei APJII diketahui pengguna internet 73,7 persen dengan laju pertumbuhan 8,9 persen per tahun, 88 persen pengguna internet berusia 15 tahun. Disebutkan pula selama krisis pandemi (Maret 2020-Januari 2021) terdapat 1.387 hoaks beredar, 68,4 persen menyatakan pernah menyebarkan informasi tanpa mengecek kebenarannya dan sebesar 56,1 persen tidak mampu mengenali informasi hoaks.
Adapun ciri-ciri hoaks di antaranya sumber informasi atau medianya tidak jelas identitasnya. Pesan tidak mengandung unsur 5W+1H (What, When, Who, Why, Where dan How). Pihak yang menyebarkan informasi meminta info tersebut disebarkan semasif mungkin. Hoaks diproduksi untuk menyasar kalangan tertentu.
Narasumber lainnya, Muhammad Nurkhoiron (Komisioner Komnas HAM 2012-2017, Board of Desantara Foundation) pada webinar mengangkat tema ”Strategi Menangkal Konten Hoaks”, menyatakan dari berbagai literatur diketahui hoaks dapat berdiri sendiri. Bentuknya dapat berupa berita, gambar, atau perpaduan gambar dengan kutipan tulisan, video animasi, foto, gabungan musik dengan grafis, termasuk dengan tujuan untuk olok‐olok dan merundung.
Hoaks berbeda dengan fakenews disinformasi, namun semuanya dapat dijadikan sarana untuk menyebarkan sesuatu yang tidak benar atau tidak sesuai fakta untuk mendapatkan tujuan politik tertentu.
Dipandu moderator Dwiky Nara, webinar juga menghadirkan narasumber Aditia Purnomo (Direktur Penerbit Buku Mojok), Farid Mustofa (Lecturer at The Faculty of Philosophy Universitas Gadjah Mada) dan Ananda Octovera (Beauty Enthusiast) selaku key opinion leader. (*)
Post a Comment