Saat Pandemi, Anak Banyak Waktu Mengakses Gadget. Waspadai Ancamannya
MAGELANG : Hampir seluruh anak sekolah di masa pandemi Covid-19 mau tak mau memiliki waktu lebih lama mengakses gadget, ketika semua kegiatan dilakukan dari rumah. Lamanya waktu anak berinteraksi dengan ruang digital ini menjadi tantangan besar bagi banyak orangtua dalam menghadapi ancaman lengangnya waktu anak tersebut.
"Amankan anak-anak dari ujaran kebencian yang semakin marak, dampingi mereka saat bermain gadget," kata jurnalis Radar Jateng Sigit Rahmanto saat menjadi pembicara webinar literasi digital bertema "Kreatif dan Produktif dari Rumah di Masa Pandemi" yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Jumat (3/9/2021).
Dalam webinar yang diikuti ratusan peserta itu, Sigit mengungkapkan, orangtua tak boleh abai dan membiarkan anaknya berselancar di ruang digital tanpa pengawasan. Orangtua perlu mengerti situs apa saja yang digunakan anak.
"Termasuk orangtua, harus tahu aplikasi program yang edukatif dan berdampak positif untuk anak, terapkan jadwal menggunakan perangkat digital saat di rumah bersamaan saat gadget dipinjamkan kepada anak," kata Sigit.
Selain itu, para orangtua perlu memonitor aktivitas dunia maya anak dan sebisa mungkin mengunci situs-situs yang tidak layak untuk anak dengan web filtering. "Sesekali ajaklah anak beraktivitas dan bermain langsung untuk meningkatkan interaksi, agar tak selalu memegang gadget," tuturnya.
Di luar itu, Sigit menyebut perlunya edukasi perlindungan identitas digital dan data pribadi saat mengakses ruang digital bagi yang belum mengetahui. Jenis identitas digital salah satunya identitas yang terlihat. Ini meliputi nama, akun, foto profil pengguna, deskripsi pengguna, juga data pribadi umum seperti nama, jenis kelamin kewarganegaraan agama, tanggal lahir, pekerjaan, alamat rumah, nomor handphone.
"Yang termasuk data pribadi adalah juga data kesehatan, biometrik, genetika, keuangan, ras, etnis, preferensi seksual, pandangan politik, data keluarga yang juga perlu dilindungi agar tak bocor," ujar Suhut.
Sedangkan jenis identitas digital yang tidak terlihat seperti PIN, password, sandi yang untuk menjaga keamanannya perlu dibuat agar susah ditebak dan ganti secara berkala.
Narasumber lain dalam webinar kali ini, dosen STAI Al Husain Dahlia mengatakan, di era digital ini kompetensi dasar dan digital skills harus dikuasai sejak dini. Digital skills ini meliputi kompetensi dalam mengakses dan menyeleksi berbagai perangkat keras dan perangkat lunak dalam media digital, termasuk memilah dan memilih perangkat yang sesuai kebutuhan kita.
"Pengguna perlu kompeten dalam memahami dan menganalisis berbagai pengetahuan dasar terkait perangkat keras dan perangkat lunak," kata dia.
Dahlia membeberkan, lengangnya waktu mengakses ruang digital perlu mewaspadai tiga jenis gangguan informasi. Baik mis-informasi atau informasi yang tidak benar namun orang yang menyebarkannya percaya bahwa informasi tersebut benar tanpa membahayakan orang lain. Lalu dis-informasi, di mana informasi itu tidak benar dan orang yang menyebarkannya tahu informasi lalu memenggal bagian informasi itu (tidak utuh). Dan, mal-informasi, yakni informasi yang benar adanya namun disebarkan dengan niat merugikan seseorang atau kelompok tertentu.
"Selalu hati-hati jika ada informasi dengan kalimat dimulai dengan bahasa yang heboh, berlebihan, provokatif, diakhiri dengan tanda seru dan huruf kapital digunakan secara serampangan," tegas Dahlia.
Mis atau dis-informasi itu biasanya juga menggunakan warna mencolok, kualitas foto dan grafis tampak buruk, serta mencatut lembaga atau publik figur padahal isinya tidak masuk dan dukungan buktinya palsu serta tidak dapat dilacak juga tidak muncul di media berita arus utama.
Webinar yang dipandu oleh moderator Dannys Citra ini juga menghadirkan narasumber: staf pengajar Ilmu Komunikasi Fisip Universitas Diponegoro Semarang Lintang Ratri Rahmiaji, creative enterpreneur Ibnu Novel Hafidz serta Ryonadio selaku key opinion leader. (*)
Post a Comment