Pentingnya Menerapkan Budaya Digital Sejak Dini
PEMALANG : Digitalisasi tidak lepas dari perkembangan peradaban manusia yang di dalamnya menuntut berbagai adaptasi budaya baru yang mendukungnya.
"Penerapan budaya digital sejak dini perlu untuk memahamkan sejak awal kepada anak, tentang hal-hal yang boleh dan tak boleh dilakukan, tentang apa yang perlu dan tak diperlukan dalam aktivitas di ruang digital," ujar Pegiat Literasi Komunitas Al Farid saat menjadi pembicara dalam webinar literasi digital bertema "Menjaga Kualitas Belajar Dari Rumah" yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, Selasa (7/9/2021).
Dalam webinar yang diikuti ratusan peserta itu, Farid menjabarkan sejumlah langkah penanaman budaya digital sejak dini pada anak. Misalnya untuk anak usia 7 - 11 tahun. Untuk anak usia ini, kata Farid, orangtua bisa memberikan aturan soal akses gawai yang ketat dengan menegaskan bahwa perangkat itu punya dua fungsi, yakni: hiburan dan belajar.
"Ajari anak memperhatikan penampilan tubuh di media digital, sembari memperkenalkan nilai dan norma penting dalam bermedia digital," ujar Farid. Menurutnya, orangtua bisa pula perlahan-lahan menunjukkan mana saja konten-konten negatif yang harus dihindari.
"Jangan hanya soal nilai, tapi bisa juga ajak anak belajar merawat gawainya, membersihkan dan menyimpan serta mempelajari hal-hal teknis yang produktif seperti contohnya gambar, kata, angka, dan suara," tuturnya.
Sedangkan jika anak telah berusia di atas 11 tahun, Farid menyarankan beri penekanan fungsi media digital untuk aktivitas produktif saja, bukan aktivitas kontra produktif.
"Ajarkan anak di usia 11 tahun ke atas ini cara membentuk kepribadian di dunia digital yang bermanfaat. Ajarkan media digital untuk alat partisipasi sosial yang produktif, mendiskusikan pengalaman mereka bermedia digital," kata dia.
Menurut Farid, penting bagi kita memahami pertanyaan mendasar, mengapa kita butuh gadget, apa yang akan kita lakukan dengan gadget itu dan berapa lama akan menggunakan gadget tersebut hingga soal tanggung jawab dalam menggunakannya.
Farid menambahkan, kemajuan teknologi yang dibarengi budaya digital yang positif akan bermanfaat bagi pendidikan generasi. Mengingat pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan pengendalian diri.
"Pendidikan yang baik akan membentuk kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, keterampilan untuk diri, masyarakat bangsa dan negara," kata dia.
Farid lalu membeberkan sejumlah contoh aplikasi ramah anak yang bisa diunduh di internet. Seperti Duolingo yang berupa aplikasi untuk belajar bahasa anak, selain bahasa Indonesia, yang memiliki fitur untuk belajar berbagai bahasa asing. Ada pula aplikasi How To Make Origami yang merupakan panduan untuk membuat berbagai kerajinan lipat kertas, di mana anak-anak dapat mengikuti instruksi yang ditampilkan untuk membuat origami sendiri.
"Ada juga Kindle, yang merupakan aplikasi buku elektronik dengan banyak buku bacaan ramah anak dan dapat dibaca melalui smartphone atau komputer," urai Farid. Para orangtua bisa juga mengunduh aplikasi Kids Coloring Fun yang berupa aplikasi untuk menstimulasi anak mengenal warna dan mewarnai secara digital.
Narasumber lain, dosen Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Jakarta, Aminah Swarnawati menuturkan, orangtua perlu menciptakan suasana sekolah di rumah untuk menjaga kualitas pembelajaran daring itu. "Fungsinya agar mengubah cara pandang anak, agar tidak beranggapan bahwa masa belajar di rumah sebagai liburan," kata Aminah.
Caranya, misalnya tidak melakukan aktivitas belajar virtual di atas tempat tidur, melainkan di meja belajar. Ajari anak tata krama atau sopan santun yang harus diperhatikan dalam dunia pendidikan walau bentuknya sekolah online dari rumah.
"Sekolah online tetap harus menjaga etika seperti di kelas," kata Aminah. Etika pembelajaran online itu misalnya menyiapkan semua keperluan belajar, kehadiran tepat waktu atau 5 menit sebelum awal belajar sudah stand by sampai menggunakan pakaian yang pantas dan sopan.
"Ajak anak menggunakan bahasa yang sopan, terutama ketika berkomunikasi via online kepada guru, dan hindari waktu istirahat dan ibadah," kata Aminah.
Dipandu oleh moderator Harry Perdana, webinar kali ini juga menghadirkan narasumber lain yakni praktisi pendidikan Anggraini Hermana, Staf Ahli DPD RI Sudarman, dan Rosalia Intan Pitaloka selaku key opinion leader. (*)
Post a Comment