Orangtua Jangan Gaptek Demi Lindungi Anak Generasi Digital
MAGELANG : Keberadaan orangtua sangat penting dalam memonitor dan mendampingi anaknya saat menggunakan perangkat digital. Derasnya arus informasi yang nyaris tanpa saringan apa pun di era digital ini. Jangan biarkan gadget mengambil alih peran orang tua dalam mendidik anak sehingga mau tak mau orang tua mesti selalu beradaptasi dengan perkembangan zaman.
Pegiat pada Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Yogyakarta Suharti menuturkan, dalam pengawasan penggunaan media digital pada anak, orangtua harus tahu situs apa saja yang diakses oleh anak.
"Termasuk juga, orangtua harus tahu aplikasi atau program apa saja yang berdampak positif pada anak, jadi perlu sekali mendampingi anak saat bermain media digital," kata Suharti saat menjadi pembicara webinar literasi digital bertema "Kreatif dan Produktif dari Rumah di Masa Pandemi" yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Selasa (7/9/2021).
Dalam webinar yang diikuti ratusan peserta itu, Suharti menyebut di era disrupsi atau era terjadinya inovasi dan perubahan besar-besaran ke dunia digital ini, penguasaan keamanan digital sangat penting. Untuk itu, Suharti menyarankan orangtua dapat menggunakan media digital bersama saat dipinjamkan kepada anak sembari menetapkan jadwal penggunaan media digital itu.
"Agar orangtua bisa memonitor situs-situs yang dikunjungi anak apa saja, lalu kunci jika ada situs-situs yang tidak layak diakses anak menggunakan web filtering," tandas Suharti.
Apa pun kesibukan orangtua, Suharti berharap para orangtua tetap menyempatkan waktu, mengajak anak bermain dan berinteraksi langsung. Beri perhatian dan kasih sayang juga apresiasi anak dengan aktivitasnya. Ajarkan anak untuk belajar melindungi privasi data pribadi, dan tak perlu ragu memasang aplikasi pengawasan seperti Family Link.
Bukan tanpa sebab Suharti menyebut, tanpa pengawasan, anak bisa terjebak pada sejumlah ancaman serius saat perangkat digital terhubung ke internet. Ancaman internet yang diwaspadai itu, antara lain, Spam yakni email sampah yang kerap datang bertubi-tubi ke mailbox kita tanpa dikehendaki.
"Isi dari spam tersebut bermacam-macam, dari sekadar menawarkan produk jasa hingga penipuan berkedok bisnis kerja sama tawaran multilevel marketing dan iklan-iklan yang tidak dikehendaki," ucap Suharti. Spam ini, lanjut Suharti, termasuk ke dalam daftar masalah keamanan yang serius karena dapat digunakan untuk mengirimkan trojan, virus, worm, spyware dan sasaran serangan phishing.
"Tanpa pengawasan, anak bisa terjebak pula pada ancaman malware, berupa sebuah program berisi kode berbahaya termasuk di antaranya virus, worm, dan trojan yang cara kerjanya menyebarkan diri dengan memanfaatkan media media komunikasi populer seperti email, pesan instan, situs dan material download lewat koneksi peer to peer," kata Suharti yang menyebut Malware juga akan berusaha mengeksploitasi kelemahan pada sistem.
Anak pun berpotensi terkena ancaman Spyware tanpa pengawasan saat berinteraksi dengan perangkat digitalnya. Serangan ini berupa program jahat yang bersembunyi di dalam komputer, dan sesuai namanya program ini akan memata-matai segala aktivitas yang kita lakukan di internet tanpa sepengetahuan kita lalu mencuri data-data penting seperti username, password, dan informasi rekening bank lalu data tersebut akan dikirim kepada si pembuat program.
Pishing juga bisa menimpa anak saat asyik beraktivitas dengan gadgetnya di mana aksi ini berupa penipuan online yang mencoba mencuri data-data penting pengguna internet termasuk info kartu kredit. "Dampingi anak saat mengunduh konten, misalnya musik dan film dari internet yang biasanya illegal, kecuali mengunduh dari situs resmi," urai Suharti
Suharti selanjutnya mengatakan, menuturkan agar orangtua bisa melengkapi gadget anak dengan antivirus yang up to date karena situs-situs file sharing umumnya dipenuhi virus dan malware.
Narasumber lain dalam webinar, dosen UGM Traheka Erdyas Bimanatya menyebutkan, teknologi digital memberikan akses ke pendidikan berkualitas. ”Namun secanggih apa pun dunia digital, hendaknya jangan melupakan etikanya,” kata dia.
Etika yang harus dijaga dalam berkomunikasi di dunia digital itu, kata Erdyas antara lain, sopan santun selayaknya bertatap muka langsung. Tentukan saat yang tepat untuk mengirim pesan ke penerima serta menjaga tutur kata pada pengguna lain. "Berikan informasi yang benar dan jelas. Dan, jaga intonasi bicara jika via telepon, selalu sabar dan menjaga privasi," kata dia.
Webinar yang dimodetarori oleh Ni Luh Puspa ini juga menghadirkan narasumber lain yakni dosen Universitas Sam Ratulangi, Leviane Jackelin Hera Lotulung, social media communication Annisa Choiriya Muftada, Abdu Rauf selaku key opinion leader. (*)
Post a Comment