Memajukan Pariwisata Desa Melalui Desa Digital
KLATEN : Masa pandemi Covid-19 dan larangan berpergian merebak di berbagai penjuru dunia. Sektor pariwisata menjadi salah satu sektor paling terseok-seok. Dosen Manajemen FEB Universitas Ngurah Rai Denpasar I Gusti Putu Agung Widyagoca pun menyoroti, di tengah sulitnya geliat wisata di masa pandemi itu, Indonesia bisa memanfaatkan untuk menata sektor wisatanya – khususnya yang berbasis desa – agar kembali bangkit dan bisa menjadi bagian ujung tombak pariwisata ke depan.
"Desa wisata perlu ditempatkan sebagai bagian dalam pariwisata berkelanjutan," kata Agung Widyagoca saat menjadi pembicara dalam webinar literasi digital bertema "Memajukan Pariwisata Desa Melalui Desa Digital" yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Selasa (7/9/2021).
Agung pun mengungkapkan, ada setidaknya tiga hal utama yang harus diperhatikan jika ingin mewujudkan pariwisata berkelanjutan. Yakni, pariwisata itu harus bisa memperhatikan aspek lingkungan, ekonomi, dan sosial budaya agar sama-sama berkembang seimbang alias tidak saling mengganggu satu sama lain.
Mewujudkan pariwisata berkelanjutan ini bisa dimulai dari desa wisata. Ada sejumlah langkah, lanjut Agung, yang bisa dijadikan strategi dalam pembangunan desa wisata. "Perlu ada reformasi budaya organisasi pemerintah desa, aktivasi kelembagaan wisata desa, dan pemanfaatan jaringan dan aktor pembangunan. Ini tiga langkah membangun desa wisata berkelanjutan," tegas Agung.
Dalam webinar yang dihadiri ratusan peserta itu, Agung juga mengungkap fakta mengapa desa wisata perlu berbenah di era digital itu. Salah satunya menarik minat wisatawan mancanegara. Sebab, lanjut Agung, merujuk Sindonews 2020 lalu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia pada Maret 2020 sebanyak 470.909.
Jumlah tersebut menurun tajam 64,11 persen dibanding jumlah kunjungan pada Maret 2019 (year on year/yoy). Jika dibandingkan dengan Februari 2020, jumlah kunjungan wisman pada Maret 2020 juga mengalami penurunan 45,50 persen.
Narasumber lainnya dalam webinar itu, aktivis lintas iman dan konsultan IT Maryanto mengatakan, digitalisasi desa wisata diperlukan sebagai suatu bentuk integrasi antara atraksi akomodasi dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang satu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku digital.
"Untuk digitalisasi pariwisata desa ini perlu sejumlah langkah pendukung," ujar Maryanto. Dukungan itu meliputi media sosial yang dibutuhkan karena menjadi media promosi yang gratis, mudah digunakan, mudah dikelola, pengguna bisa berinteraksi dan jangkauannya luas.
"Digitalisasi ini juga melihat konten untuk membantu wisatawan, misalnya tips perjalanan atau cara menuju desa wisata spot terbaik, mengulas aktivitas yang bisa dilakukan dan informasi fasilitas di desa," kata Maryanto. Ia mengatakan, konten-konten desa wisata yang diciptakan dalam upaya promosi itu harus mendukung tentang keberadaan informasi bagi desa wisata itu.
"Perlu juga integrasi teknologi informasi, sehingga desa diharapkan bisa menyediakan website resmi, atau sistem informasi manajemen desa wisata," ujar Maryanto. Sistem informasi ini penting untuk memudahkan wisatawan jika ingin mengetahui informasi lebih lanjut desa wisata itu
Dan, apabila berniat melakukan reservasi, wisatawan pun bisa membuka website desa wisata itu, kemudian menggali informasi dan melakukan kontak dengan pengelola desa wisata untuk rencana perjalanan wisata.
Sementara Ketua Pergunu Kebumen Amin Mustofa mengatakan, dalam memanfaatkan media digital untuk kemajuan wisata, hendaknya masing-masing individu menyadari peran sebagai warga negara digital.
"Citizenships atau kewarganegaraan digital ini mesti punya kemampuan berpikir kritis terhadap apa yang diunggah maupun diunduh di internet, selalu bertindak aman dengan memperhatikan keamanan serta menjaga data personal wisatawan," tegas Amin dalam webinar yang dimoderatori Nadia Intan dan dihadiri Arya Purnama selaku key opinion leader ini.(*)
Post a Comment