Media Sosial Ibarat Hutan Belantara, Jangan Tersesat
Karanganyar – Media sosial yang tercipta dari pesatnya perkembangan teknologi informasi ibarat hutan. Manusia berinteraksi dengan manusia lain melalui komunikasi lisan, tertulis, tergambar maupun pesan. Bagi kalangan pendidikan, dunia baru tersebut perlu disikapi secara bijak.
“Guru menjadi gate keeper agar murid tidak tersesat di belantara media sosial. Kecakapan komunikasi sangat diperlukan bagi pendidik dalam berinteraksi dengan murid dan lingkungan,” ujar Guru Besar Ilmu Komunikasi Universitas Moestopo, Rajab Ritonga, saat menjadi narasumber webinar literasi digital yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk masyarakat Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, Senin (19/7/2021).
Begitu masifnya media sosial, pada era digital 4.0 ini rasanya sulit memisahkan media sosial dengan pelajar. Lagi-lagi, guru memegang kunci untuk mengarahkan anak didiknya bijak bermedia sosial.
Sebagai bagian dari literasi digital, guru diharapkan mampu memahami keterbatasan dan kelebihan teknologi informasi. Betapa bahayanya jika media sosial disalahgunakan untuk menebar kebencian, hujatan, hasutan, dan hoaks.
“Kita sekarang hidup di abad informasi sangat tergantung internet,” ungkapnya seraya menyebut hasil penelitian bahwa puncak gunung tertinggi di dunia, Mount Everest (17.400 dpl), yang bersuhu minus 25 derajat Celcius sudah ada internet sejak 2003.
Saat ini pun masyarakat mencari berita dan informasi bukan lagi dominan dari televisi, radio dan koran melainkan internet. Seluruh komputer langsung terhubung online. Maka tercipta dunia maya. Masyarakat mengakses atau bertukar informasi setiap saat tanpa terhalang jarak dan waktu.
Merujuk data, dari populasi penduduk Indonesia 274,9 juta tercatat pengguna internet sejumlah 202,6 juta. Pengguna aktif media sosial 170 juta, durasi rata-rata bermedia sosial 3 jam 14 menit. Karakter media sosial memang fleksibel, mudah diperoleh, murah meriah, bersifat massal dan akrab dengan generasi muda.
Terkait pemakaian teknologi informasi dan komunikasi dalam dunia pendidikan, guru dapat mengembangkan model pembelajaran dengan menggunakan komputer. Artinya, mereka dituntut menguasai pengoperasian peralatan teknologi informasi.
Kasi Guru Bidang Pendidikan Madrasah Kanwil Kemenag Provinsi Jateng, Agus Mahasin, yang juga narasumber webinar bertema ”Strategi Membangun Kecakapan Digital bagi Pengajar” menambahkan, madrasah di Jawa Tengah saat ini didorong mengimplementasikan program madrasah digital.
Pemerintah dalam satu dekade terakhir setidaknya telah memberikan tunjangan, konsekuensinya ada tuntutan bagi guru untuk senantiasa meningkatkan kompetensi dan profesionalitasnya, termasuk teknologi informasi sesuai kebutuhan era saat ini dan akan datang.
“Guru dituntut menyiapkan anak didik yang akan hidup di era yang tidak bisa lepas dari teknologi digital dalam setiap kesehariannya. Guru harus cakap digital, menyiapkan anak didik yang hidup lekat dengan dunia digital,” kata Agus Mahasin.
Dipandu moderator Mafin Rizqi, webinar juga menghadirkan narasumber Imam Alba (Direktur Lembaga Penelitian dan Aplikasi Wacana/LPAW), Suyanto (Pengawas Madrasah Kantor Kemenag Kabupaten Grobogan) dan Tya Yuwono (Mom Preneur) selaku key opinion leader. (*)
Post a Comment