Kuasai Medsos secara Bijak, Modal Jadi Pemimpin Masa Depan
Banjarnegara: Untuk bisa menjadi pemimpin di masa depan, makin dituntut memahami dan jago mengkomunikasikan program maupun visi misi kepada para calon pendukungnya. Menguasai media sosial pun menjadi tuntutan perubahan zaman di era digital. Sementara, pada masa datang, kalau mengacu hasil Sensus 2020, dari populasi penduduk Indonesia yang 274,9 juta ternyata 170 juta di antaranya adalah kaum produktif yang terakses dengan internet.
So, memilih medsos yang tepat untuk berkomunikasi secara efektif dengan mereka menjadi kunci penting, siapa pun pemimpin Indonesia di masa depan.
”Makanya, coba kita lihat sosok pemimpin muda yang saat ini menjabat gubernur, mereka sadar pentingnya media sosial untuk menyampaikan pesan dan program pemerintahan pada penduduknya. Kita kenal sekarang Mas Anies Baswedan, Mas Ganjar Pranowo, dan Kang Ridwan Kamil sangat sadar bermedsos dan masuk dalam tiga gubernur muda: Jakarta, Jawa Tengah dan Jawa Barat yang cukup banyak follower-nya,” kata Dr. Ni Made Ras Amanda, dosen Ilmu Komunikasi Fisipol, Universitas Udayana Bali.
Kesadaran bermedsos itu pula, lanjut Amanda, yang membuat mereka berpeluang mengembangkan karier politiknya ke depan dengan memanfaatkan dukungan follower lewat beragam media sosial. ”Kita lihat, mereka juga semakin terbuka mengembangkan medsosnya dalam beragam platform,” ungkap Amanda, saat memantik diskusi dalam webinar literasi digital yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk masyarakat Kabupaten Banjarnegara, 1 Juli lalu.
Kalau ketiga gubernur muda Indonesia itu sudah sadar bermedsos ya harap maklum, lanjut Amanda. Sebab, bisa jadi, mereka terinspirasi oleh sukses banyak pemimpin muda di era milenia yang sudah lebih dulu melakukan hal yang sama. Termasuk, terinspirasi oleh sukses Barack Obama yang sadar digital dan menjadikan itu sebagai senjata kemenangan dalam Pilpres Amerika Serikat tahun 2012.
”Meski belum begitu booming, tapi waktu itu Obama sudah jago mengkomunikasikan program dan misinya sebagai capres Amerika kepada 30 juta followernya lewat akun facebooknya yang waktu itu digarap khusus. Lawannya, Mitt Romney cuma punya 8 juta follower. Obama juga berkomunikasi dengan bagus kepada massa pendukungnya di Google Plus yang berjumlah 32,5 juta, juga menjalin komunikasi intens dengan meng-update aktivitasnya sembari menyebar foto kepada pendukungnya di Obama Channel Youtube. Di awal saja, sudah di-follow 273 ribu pendukung, di samping menyebar foto di Instagram. Pada awal kampanye saja, Obama sudah menggaet 1,4 juta follower di Instagram,” rinci Amanda. Hasilnya?
Kita tahu semua, aktivitas itu efektif mengantar kemenangan Obama dengan gemilang sebagai Presiden Amerika bahkan hingga dua periode. Menguasai media sosial digital, itulah salah satu poin sukses Obama yang tentu menginspirasi pemimpin Indonesia, yang sudah mulai terasa gaungnya sejak era Jokowi.
”Jadi, wajar kalau ketiga gubernur muda kita tampak mengikuti jejaknya. Mereka sadar betul memanfaatkan dan menguasai kedigdayaan medsos secara cerdas dan bijak, karena memang itu salah satu modal menjadi pemimpin masa depan,” papar Amanda, yang juga aktivis Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) Bali.
Amanda tak tampil sendiri dalam webinar bertajuk ”Tantangan Milenial Menjadi Pemimpin dalam Transformasi Digital” yang dipandu oleh moderator Tommy Romahorbo. Ada tiga pembicara lain, yakni: Mujiantok (Founder At Soft Technologie), M. Taufik (fasilitator dari Kaizen Room), dan Edy Sutrisno Raharjo (Brandpreneur). Ada pula Sherina Thania, violist yang juga womenpreneur yang tampil sebagai key opinion leader.
Selain ketiga gubernur tadi, tentu bukan berarti Indonesia tidak kaya pilihan pemimpin muda lainnya. Edy Sutrisno, pembicara lain, malah memetakan, kondisi pandemi saat ini telah menjadi lahan banyak pemimpin muda yang sedang berjuang dan bakal mengantar mereka menjadi pemimpin unggul di masa depan.
”Yang di birokrasi, mereka berjuang memitigasi bagaimana daerahnya segera lolos dari serangan covid dengan terus menaikkan level daerahnya dari 4 ke 3, lalu 2 dan lolos dari jerat PPKM. Juga, tidak lagi zona merah, geser ke zona yang lebih aman. Berjuang menjadi hijau dan segera mengembangkan bisnis di kawasannya,” ujar Edy.
Sementara bagi pengusaha muda, lanjut Edy, juga berjuang melihat peluang bisnis yang bisa dikembangkan di era pandemi. Apalagi, brand besar nasional dan multinasional kini berhitung susah masuk wilayah basah seperti Bali dan Yogyakarta. Saatnya brand lokal dikembangkan agar tumbuh besar menggunakan beragam marketplace dan go digital lebih luas. Saatnya brand lokal menasional dan mendunia. Ini justru momentum bangkitnya pemimpin bisnis baru yang bisa menyulap Ayam Betutu Bali atau Ayam Goreng Kalasan menjadi kelas dunia,” pesan Edy, serius.
Dan, jangan dikira, seorang pemimpin mesti jadi pejabat atau bos perusahaan. ”Warganet juga bisa menjadi pemimpin dengan banyak follower di akun-akun kita. Mereka menanti kita tuntun ke arah yang positif. Makanya, kalau kita bermental pemimpin, mari posting dan upload konten-konten positif dan bermanfaat agar follower kita tercerahkan dan menjadi pribadi yang lebih baik,” ujar Sherrin Tania, key opinion leader. (*)
Post a Comment