Generasi Milenial Tidak Boleh Lupa Sejarah
KLATEN – Teknologi hadir untuk memudahkan kehidupan. Namun, tidak dapat dimungkiri bahwa kemajuan-kemajuan teknologi menciptakan tantangan baru bagi masyarakat digital. Generasi milenial dengan kemampuan digitalnya tidak seharusnya lupa akan pentingnya memahami perjalanan sejarah dan budaya bangsa.
“Pendekatan yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan rasa cinta sejarah salah satunya memanfaatkan daya kreativitas di media sosial,” ucap Head of Operation PT Cipta Manusia Indonesia, Rizqika Alya Anwar, saat menjadi narasumber webinar literasi digital yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk masyarakat Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Jumat (16/7/2021).
Di era globalisasi dan kecanggihan teknologi yang futuristik ini, terdapat banyak contoh konten sejarah dan budaya di dunia maya yang bisa dijelajahi secara mudah menggunakan perangkat keras maupun lunak teknologi informasi dan komunikasi (TIK).
Apalagi Indonesia merupakan negara yang majemuk, multikulturalis dan demokratis. Di negara ini terdapat 16.771 pulau, 34 provinsi, 1.340 suku bangsa dan 6 agama. Inilah potensi besar kekayaan budaya bangsa yang pantas dibanggakan, termasuk di dunia maya.
Webinar dengan tema ”Sejarah dan Budaya Lewat Konten Digital” itu juga diisi paparan oleh narasumber lainnya, Muhammad Yunus Anis (Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret - IAPA). Menurut dia, Kabupaten Klaten memiliki beragam kebudayaan yang sangat kaya dan hingga saat ini masih menjadi sebuah kebiasaan atau tradisi masyarakatnya.
Beberapa kebudayaan di Kabupaten Klaten antara lain menyirih, tradisi padusan, tradisi Syawalan di Bukit Sidhoguri, serta beberapa upacara tradisional seperti Apem yaqawiyuu, Upacara Bersih Sendang Sinongko serta Sadranan.
Dibutuhkan strategi untuk menjaga dan melestarikan warisan budaya tersebut salah satunya melalui pengenalan budaya daerah di kancah nasional dan internasional berbasis digital.
“Tidak menganggap budaya lain itu rendah dibandingkan dengan budaya sendiri, jadikan budaya daerah sebagai identitas dan bukti kecintaan kita pada bangsa dan negara Indonesia,” ucapnya.
Adapun strategi penguatan sejarah dan budaya di era digital ditempuh dengan memperkuat pemahaman literasi digital serta mengimplementasikan semangat ketahanan budaya Indonesia di tengah-tengah derasnya arus globalisasi.
Selain itu, juga memperkuat nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika di ruang digital untuk memperteguh ketahanan budaya. Menciptakan ruang digital yang sehat, kritis, aman, gotong royong. Menciptakan ruang digital yang kreatif, inovatif dan Pancasilais.
“Indonesia dengan potensi keragaman budayanya harus terus dijaga dan dilestarikan khususnya di ranah digital, dengan memperkuat karakter nilai-nilai Pancasila maka akan lahir budaya digital yang kreatif, aman dan nyaman,” kata Yunus Anis.
Dipandu moderator Harry Perdana, webinar juga menghadirkan narasumber Evelyne Henny Lukitasari (Dosen dan Praktisi DKV Universitas Sahid Surakarta), Nurul Hajar Latifah (Pendidik dan Aktivis Lintas Iman Klaten) dan Safira Hasna (Wakil II Mbak Jawa Tengah 2019) selaku key opinion leader. (*)
Post a Comment