Dampak Nyata Ancaman Digital Jika Tak Segera Diantisipasi
DEMAK: Waktu yang dihabiskan orang Indonesia untuk mengakses internet per hari rata-rata 8 jam 52 menit. Namun dari rentang waktu itu, aplikasi yang paling banyak digunakan masyarakat Indonesia yakni Whatsapp berkisar sekitar 30,8 jam per bulan, Facebook 17 jam per bulan, Instagram 17 jam per bulan, Tiktok 13,8 jam per bulan dan Twitter 8,1 jam per bulan.
"Intensnya penggunaan media digital ini jika tidak dibarengi kesadaran digital safety akan sangat berbahaya," tutur penulis dan social media planner Aditia Purnomo saat menjadi pembicara webinar literasi digital bertema "Bijak Bermedia Digital' yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Demak, Jawa Tengah, Rabu (22/9/2021).
Dalam webinar yang diikuti ratusan peserta itu, Aditia menyebut ada lima ancaman utama jika pengguna media digital tidak awas terhadap digital safety. Pertama, reputasi online bisa terancam, kedua rentan kehilangan data penting, ketiga rentan kehilangan sejumlah uang, keempat rentan terus mengalami kerusakan software dan sistem komputer, dan kelima rentan menjadi korban penculikan atau perampokan.
"Digital safety menjadi upaya mewujudkan keselamatan ruang digital dari beragam resiko itu. Digital safety adalah tindak lanjut dari digital security," kata Aditia. Digital security adalah soal bagaimana pengguna memanfaatkan sumber dayanya untuk melindungi identitas online, data dan aset digital lainnya agar tak dimanfaatkan orang tak bertanggung jawab.
Dengan kata lain, ujar Aditia, digital security lebih banyak bicara tentang bagaimana cara kita mengamankan akun digital, soal bagaimana perilaku digital seharusnya agar terhindar dari ancaman cyber. Digital security diwujudkan dengan langkah seperti melakukan log-out ketika sudah masuk ke jejaring media sosial atau akun digital lainnya, mengaktifkan pengaturan privasi di akun pribadi misalnya dengan melakukan two factor authentication, juga menggunakan password yang rumit dan kuat.
"Selain itu rutinlah mengganti password misalnya sebulan sekali, juga lindungi alamat email yang dipakai untuk recovery dan hapus password yang tersimpan di browser," tegas Aditia.
Pada langkah lebih umum, digital safety menurut Aditia dilakukan dengan tidak membagikan password atau pin pada orang lain serta menghindari penggunaan free wi-fi atau hanya menjelajahi informasi di internet dengan browser atau situs terpercaya. "Jangan pernah sekalipun kecolongan membagikan data diri di media sosial atau membagikan hal privat di internet," tuturnya.
Narasumber lain webinar ini, Pemred Channel9.id Muhammad Aziz Nasution menuturkan bijak bermedia digital kuncinya budaya dan etika. Keduanya menjadi sumber nilai dalam menggunakan internet, sekaligus menjadi proses pendidikan karakter berbasis budi pekerti dalam berinteraksi di ruang digital.
"Literasi digital dalam konteks budaya artinya mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam menggunakan media digital," ujar Azis seraya menyebut cinta kasih, kesetaraan, harmoni, demokratis dan gotong royong sebagai nilai Pancasila.
Adapun kreator konten Imbang Varlander Silitonga dalam paparannya menghimbau pengguna digital selalu waspada dan jangan langsung percaya dengan berita yang beredar di media digital.
"Apalagi jika informasi itu disebarkan pengguna-pengguna tak dikenal yang tiba-tiba mengirim pesan tanpa maksud dan tujuan yang jelas. Ini untuk mencegah terjadinya penipuan dan hal-hal yang tak diinginkan," kata Imbang.
Ia menyebut akun-akun yang diikuti media sosial juga ternyata sangat berpengaruh terhadap kesehatan mental. "Padahal semua yang tampil di medsos hanyalah kulit luar yang tidak kita ketahui isinya," kata Imbang.
Webinar ini juga menghadirkan narasumber aktivis pendidikan Hardina Afiyanti, serta dimoderatori Zacky Ahmad juga Ayu Rahmah selaku key opinion leader. (*)
Post a Comment