Bersama Menjaga Keutuhan Indonesia dari Ruang Digital
PEKALONGAN: Dosen Ilmu Komunikasi Unsri Palembang, Rindang Senja Andarini mengungkapkan urgensi literasi beragama menjadi bagian penting dalam menjaga keutuhan Indonesia sebagai negara multikultural.
Hal ini dipicu maraknya ujaran kebencian berbasis SARA di ruang digital yang menjadi keprihatinan selama ini.
“Kominfo menemukan dan memutus akses atau takedown sebanyak 3.640 konten ujaran kebencian berbasis SARA sejak 2018 hingga April 2021,” ujar Rindang saat menjadi pembicara webinar literasi digital bertema "Konvergensi Media Digital dalam Literasi Beragama" yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, Jumat (24/9/2021).
Dalam webinar yang diikuti ratusan lebih peserta itu, Rindang mengungkapkan, penyimpangan perilaku beragama yang memicu konflik beragama sering kali dipicu ketika seseorang menjadi terlalu tekstual dalam memahami ayat-ayat suci yang disertai dengan fanatisme berlebihan. Sehingga mengarah pada eksklusivisme, ekstrimisme bahkan terorisme. “Penafsiran isi kitab suci yang kebablasan dan mempermainkan pesan-pesan Tuhan secara pribadi yang sarat kepentingan,” kata dia.
Dalam kondisi ini, ujar Rindang, literasi beragama sangat dibutuhkan untuk mencegah radikalisme. “Literasi beragama menjadi pintu masuk pengetahuan dan keterampilan untuk mengenali iman beragama sebagai wilayah penting dan dilindungi oleh hukum untuk publik,” ujarnya.
Literasi beragama menjadi sebuah tingkatan pengetahuan mengenai beberapa tradisi dalam agama dan sebuah kesadaran dan keamanan untuk memahami pemeluk agama lain. “Literasi beragama berfokus untuk menghindari stereotip atas agama tertentu, menumbuhkan sikap menghargai dan mempelajari hal-hal mengenai orang lain dan membangun hubungan baik antar umat,” urainya.
Rindang menambahkan, dalam literasi beragama, akan membentuk sikap-sikap yang tidak hanya menghargai multikulturalisme yang jadi nyawa Indonesia. Namun juga mewujudkan multikulturalisme untuk mengevaluasi, melawan serta mengakhiri rasisme dan penindasan berbasis SARA.
“Pada akhirnya literasi beragama ini menekankan pemahaman bahwa setiap orang apapun agama, budaya, etnisitas, kelas sosialnya layak diperlakukan dengan hormat dan manusiawi,” pungkasnya.
Narasumber lain dalam webinar ini, Kepala UTIPD IAIN Pekalongan Ahmad Rosyidi menuturkan konvergensi media dalam konteks literasi beragama diharapkan dapat mengubah cara dan perilaku kita mengkonsumsi informasi secara lebih bijaksana.
“Karena tak sedikit anak muda dalam pencarian jati diri, senang mencari informasi internet sebagai rujukan utama dan ternyata mendapatkan informasi salah. Termasuk sumber radikalisme dan terorisme adalah informasi yang menyesatkan di internet itu,” tandas Rosyidi.
Webinar ini juga menghadirkan narasumber dosen Universitas Sebelas Maret Surakarta Reza Sukma Nugraha, Analis Data dan Informasi UTPD IAIN Pekalongan Zulmi Fathan serta dimoderatori Gita Nila juga Audrey Chandra selaku key opinion leader. (*)
Post a Comment