Agar Pintar Manfaatkan Internet, Orangtua Bisa Ajari Anak Sejak Dini
Sukoharjo - Kemajuan bidang teknologi telekomunikasi mendukung perkembangan teknologi internet untuk membantu kehidupan manusia sehari-hari, bahkan dapat berfungsi untuk mengembangkan wawasan serta ilmu. Namun, selain berdampak positif, teknologi internet juga memiliki efek negatif bagi masyarakat. Seperti konten pornografi, kekerasan, dan cyberbullying.
Hal tersebut diungkapkan oleh Pengawas Sekolah dan Ketua PGRI Cabang Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo, Karsidi dalam webinar literasi digital bertema ”Bijak Bermedia Digital”, yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk masyarakat Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, Jumat (17/9/2021).
Menurut Karsidi, perlu peran serta orangtua dalam menggunakan internet secara sehat. Ia menyebut, sebaiknya anak perlu mulai diperkenalkan dengan internet sejak usia dini, bahkan bisa dimulai saat masih balita.
”Orangtua adalah tempat pertama seorang anak untuk mendapatkan ilmu, pengetahuan dan tempat pertama mengerti arti kehidupan. Selain itu, orangtua sejatinya adalah guru yang pertama dan terakhir bagi anak,” ujarnya.
Karsidi mengatakan, orangtua tidak perlu takut atau khawatir memperkenalkan internet kepada anak sejak masih kecil. “Perkenalkan media digital dengan bijak sesuai dengan usia, menemani, mengawasi dalam penggunaannya,” ujar Karsidi kepada 150-an partisipan webinar.
Selain itu, masih menurut Karsidi, orangtua juga harus menjadi contoh yang baik bagi anaknya dalam perilaku bermedia digital. Yakni dengan berlaku santun dan berbudaya, mengingat anak merupakan peniru yang andal.
Orangtua juga harus meluangkan untuk berdiskusi secara terbuka dengan anak tentang kecanggihan teknologi. Hal yang tak kalah penting yakni mengontrol penggunaan internet pada anak. Semisal dengan melakukan pemblokiran konten negatif, ataupun mengawasinya di media sosial.
Narasumber lainnya, Dosen STPMD APMD Yogyakarta, Fadjarini Sulistyowati mengatakan media digital merupakan media yang kontennya berbentuk gabungan data, teks, suara, dan berbagai jenis gambar yang disimpan dalam format digital dan disebarluaskan melalui jaringan berbasis kabel optic broadband, satelit dan sistem gelombang mikro.
Dalam penggunaan media digital untuk sarana komunikasi, para pengguna pun harus memahami bahwa komunikasi melalui media digital melibatkan banyak pihak. Kemudian pesan yang disampaikan dapat tersebar dengan cepat dan dapat juga memunculkan berbagai persepsi. “Untuk itu, komunikasi perlu dilakukan dengan bersandar pada etika,” ujarnya.
Fadjarini mengungkapkan etika bermedia digital merupakan kemampuan seseorang dalam menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan dan mengembangkan tata kelola dalam kehidupan sehari-hari. “Etika digital sebagai panduan berperilaku yang etis di ruang digital, sehingga dapat membawa individu untuk menjadi bagian masyarakat digital,” kata dia.
Etika ini perlu karena internet seperti halnya pisau bermata dua, yakni di satu sisi bermanfaat dan di sisi lain dapat memunculkan dampak negatif.
“Etika menjadi pedoman menggunakan berbagai platform digital secara sadar, tanggung jawab berintegritas, dan menjunjung nilai-nilai kebajikan antar manusia dalam berinteraksi dan berkolaborasi di ruang digital,” ucapnya.
Adapun standar etisnya yakni mentaati norma dan aturan yang ada sesuai yang berlaku di dalam masyarakat. Kemudian tidak melakukan sesuatu yang merugikan orang lain, menghormati privasi orang lain, tidak menyebarkan informasi negatif maupun tidak melakukan prokasi atau hasutan kepada orang lain. “Hindari berita hoaks dan jangan mudah menyebarluaskan informasi yang belum tentu benar,” ucap Fadjarini.
Dipandu moderator Fernand Tampubolon, diskusi kali ini juga menghadirkan narasumber Emy Lestari (Koordinator Pengelola Website Sekolah SMPN 1 Tawangsari), Titok Haryanto (Altrasi Indonesia), dan Presenter TV Putri Juniawan selaku key opinion leader. (*)
Post a Comment