Survive di Era Digital, Kolaborasi Disebut Jadi Salah Satu Kuncinya
Semarang - Di dalam dunia digital dan dunia modern seperti sekarang, mengakses internet sudah menjadi hal yang sangat wajar. Internet bahkan telah menjadi salah satu kebutuhan pokok hidup manusia layaknya sandang dan pangan yang tidak terlepaskan dari kehidupan sehari-hari.
Tantangan terbesar dalam menghadapi perkembangan zaman adalah keamanan dalam mengakses informasi yang ada di internet. Demikian diungkapkan oleh fasilitator nasional Rahmad Afian Pranowo dalam webinar literasi digital bertema ”Kiat-kiat Sukses Berprestasi di Era Digital” yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk warga Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Selasa (31/8/2021).
”Teknologi hadir untuk memudahkan kehidupan kita. Namun, tidak dapat dimungkiri bahwa kemajuan-kemajuan teknologi yang ada menciptakan tantangan baru bagi masyarakat digital,” katanya.
Rahmad mengatakan, maraknya aktivitas digital yang dilakukan mengharuskan pengguna untuk peduli pentingnya memproteksi perangkat digital yang dimiliki. Selain membantu memudahkan pekerjaan di dunia kerja, mencari hiburan, juga transaksi secara daring mulai menjadi kebiasaan baru.
”Kebiasaan baru tersebut menimbulkan banyak kejahatan di dunia digital, sehingga teknologi menjadi incaran upaya peretasan,” ujarnya.
Untuk itu, lanjut Rahmad, perlu adanya kecakapan digital safety, yakni kemampuan individu dalam mengenali, mempolakan, menerapkan, menganalisis, dan meningkatkan tingkat keamanan digital dalam kehidupan sehari-hari.
Adapun tantangan dalam keamanan digital, yakni fitur proteksi yang semakin beragam. Demikian juga platform yang semakin berkembang, termasuk ancamannya. Kemudian ragam penipuan digital yang semakin banyak dan rekam jejak yang ditinggalkan lebih banyak negatifnya ketimbang positifnya.
Agar tetap aman ketika di ruang digital, menurut Rahmad, pengguna harus tangkas dalam berinternet, seperti berhati-hati dalam berbagi dan berkomunikasi secara bertanggung jawab. Lalu, tidak mudah tertipu dan selalu menjaga rahasia dan privasi individu maupun publik.
”Gunakan password pada akun digital kita dengan kombinasi yang sulit dan selalu log out jika akun log in di perangkat lain. Aktifkan pengaturan privasi ganda di akun pribadi. Kemudian jelajahi situs internet terpercaya,” ucapnya.
Narasumber lainnya, dosen Akademi Komunikasi Radya Bintama Yogyakarta, Widyaningtyas Virgo Kartika mengatakan, dengan pengguna internet mobile yang mendominasi akses internet di Indonesia, maka budaya digital yang terbentuk pun merupakan budaya digital berbasis mobile.
Hal ini dapat dilihat dari sisi belanja mobile, media sosial yang diakses secara mobile, permainan digital mobile, hingga banyaknya layanan digital yang dikembangkan dan berfokus pada pengalaman mobile di Indonesia.
Widya mengatakan, sejak pandemi global pada 2020 yang membatasi interaksi tatap muka, budaya kerja digital dan jarak jauh menjadi sangat berkembang di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. ”Berbagai peralatan serta platform yang mendukung kolaborasi jarak jauh semakin diminati untuk meningkatkan produktivitas,” ucapnya.
Widya mengungkapkan, untuk bisa meningkatkan produktivitas di era digital, dalam kolaborasi bisa memanfaatkan teknologi panggilan video. Platform itu dapat memberikan pengalaman interaksi secara langsung dengan melihat lawan bicara dan ekspresi wajahnya, dapat juga digunakan untuk presentasi jarak jauh.
Kemudian, pengelolaan dokumen dan kerja kolaboratif lainnya juga didukung dengan berbagai teknologi dan dapat diakses dari mana pun dan kapan pun. ”Bekerja bersama dari lokasi yang berbeda sekarang dimungkinkan dengan teknologi untuk kerja kolaboratif secara daring,” paparnya.
Diskusi virtual yang dipandu moderator Anneke Liu itu juga menghadirkan narasumber Jota Eko Hapsoro (Founder & CEO Jogjania.com), Muhammad Ilham Nur Fattah (Fasilitator Nasional), dan Finalis Indonesian Idol 2018 Abraham Kevin selaku key opinion leader. (*)
Post a Comment