Perkuat Kecakapan Digital, Perkokoh Digital Society
SLEMAN: Ada saran penting buat warganet yang ingin tidur nyenyak setiap malam. “Matikan saja ponsel pintar Anda sebelum tidur. Karena cahaya biru ponsel pintar justru bakal ganggu kualitas tidur. Belum lagi kalau kita biasa kecanduan bermedsos tiap malam dan meng-update info sampai tengah malam. Keinginan untuk bersaing siapa lebih dulu update di medsos. Di sisi lain, bikin resah dan cemas, takut kedahuluan orang. Ini justru berdampak negatif bagi interaksi sosial manusia dengan hadirnya dunia digital hingga ke tempat tidur. Itu jarang disadari banyak warganet lo," ujar Oka Aditya ST, MM, seorang research analist, alumni Fak Teknik UGM, saat tampil dalam webinar literasi digital bertajuk “Transformasi Digital: Era Baru Interaksi Sosial” yang digelar untuk masyarakat Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta, 25 Juni lalu.
Belum lagi emosi untuk bersaing siapa lebih dulu posting, kata Oka, seringkali memunculkan masalah baru. Yakni, menjadi penyebar hoaks. Karena emosi, kita sering abai untuk melakukan konfirmasi dan cek kebenaran informasi. Ingin segera sebar dan rupanya malah tidak manfaat buat pembaca atau penonton konten. Apalagi kalau memunculkan tuntutan hukum, ini bisa jadi satu lagi risiko negatif berinteraksi sosial di dunia digital. Hati-hati, jangan sampai menimpa Anda semua,” pesan Oka.
Dalam webinar yang digagas dan dilaksanakan oleh Kementerian Kominfo dan Debindo untuk mewujudkan Indonesia yang makin cakap digital itu, Oka ditemani pembicara lain, yakni: Taufiqur Rahman, PhD (dosen Ilmu Komunikasi, Universitas Muhamadiyah Yogyakarta), Alfan Gunawan (praktisi komunikasi, konsultan senior Opal), Andhika Rendra Pribadi (konsultan digital safety dari Kaizen Room), dan Adinda Daffy, entertainer yang tampil sebagai key opinion leader. Webinar berlangsung semarak, dipandu oleh moderator Roby Aulia.
Oka Aditya menambahkan, dunia online mestinya diciptakan untuk membantu agar interaksi sosial berjalan mudah, cepat, dan tanpa batas -- waktu maupun wilayah. Oka mencontohkan, bagaimana dirinya yang berada di Jakarta bisa berbagi ilmu dan pengalaman kepada ratusan warga di Kab. Sleman hanya dengan berbekal ponsel dan mengakses link webinar
"Itu nilai positifnya. Banyak keuntungan yang bisa kita dapat dari interaksi digital ini. Kita bisa akses ilmu di banyak platform digital dan website yang cepat secara gratis. "Ini sekaligus menjadi ciri teman-teman warganet yang merupakan bagian dari karakter khas kita yang sekarang hidup di masyarakat digital," jelas Oka.
Andhika Rendra Pribadi dari Kaizen Room menambahkan, ada setidaknya tiga keterampilan khas warganet yang menjadi karakter digital society. Pertama, tidak suka dengan model aturan yang mengikat. Mereka tak suka diatur, karena mereka paham dalam mengatasi masalah ada banyak opsi untuk menyelesaikan masalah. Kedua, senang mengekspresikan diri dalam beragam media, khususnya media sosial. "Ketiga, tidak suka belajar dengan cara diperintah, karena kini lebih cepat dan mudah belajar dengan mencari dan menemukan sendiri," ungkap Andhika.
Menurut Andhika, kalau kecakapan digital masyarakat bisa diperkuat, ditandai dengan skill yang makin berkembang, maka dinamika interaksi sosial masyarakat digital akan semakin kokoh. Selain itu, asalkan konten-konten positif yang diguyurkan, maka kita akan mendapatkan banyak ilmu yang manfaat. Banyak pula peluang dan nilai positif buat warganet.
"Masyarakat digital Indonesia niscaya juga akan semakin maju dan berkembang. Rezeki semakin bisa ditangkap oleh lebih banyak warga yang cakap digital," timpal Alfan Gunawan, berbagi optimisme. (*)
Post a Comment