Pendidikan Online di Masa Pandemi: Era Baru Merdeka Belajar
SLEMAN: Dosen Sosiologi UGM Yogyakarta Mustaghfiroh Rahayu mengungkapkan, bagaimana awal tahun 2020 dunia dibuat kaget. Muncul suatu varian virus baru bernama Corona yang membawa berbagai perubahan hidup manusia, tak terkecuali di bidang pendidikan.
"Kita semua, guru, siswa, orangtua, sekolah turut kaget ketika semua pola pembelajaran berubah. Ketika lockdown terjadi di berbagai negara dan mengharuskan banyak hal dilakukan tanpa tatap muka," kata Rahayu saat menjadi pembicara dalam webinar literasi digital bertema ”Pendidikan Online: Era Baru Merdeka Belajar" yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Sleman, Yogyakarta, Jumat (13/8/2021).
Yang membuat kaget, ujar Rahayu, tentu saja konsep pendidikan tradisional telah berubah secara radikal dalam beberapa tahun terakhir. Aktivitas hadir secara fisik di ruang kelas bukan satu-satunya pilihan belajar lagi – setidaknya tidak dengan munculnya internet dan teknologi baru.
"Saat ini, orang memiliki akses ke pendidikan berkualitas kapan pun dan di mana pun orang mau, selama memiliki akses ke komputer. Kita sekarang memasuki era baru – revolusi pendidikan online," tegasnya.
Rahayu mengungkapkan bentuk pendidikan yang dilakukan melalui jaringan komputer seperti internet, dan melibatkan perangkat materi belajar/berbasis multimedia yang diakses oleh siswa dari jarak jauh menjadi satu kekuatan pendidikan online.
"Pendidikan online pun bisa dilaksanakan oleh individu atau beberapa individu yang tergabung dalam suatu kelas, sehingga terbentuk komunitas yaitu komunitas visual," kata Rahayu.
Rahayu membeberkan, untuk mencapai tujuan maksimal dari pendidikan online ini perlu dukungan kecakapan literasi digital. Baik guru dan siswa mesti memiliki keterampilan dalam menggunakan teknologi, misalnya mengoperasikan komputer yang berkaitan dengan aplikasi pendukung yang membantu pembelajaran dan tugas.
"Satu prinsip kenapa perlu cakap digital dalam pendidikan online itu adalah tuntutan kolaborasi di masa mendatang seiring berkembangnya digitalisasi di Indonesia," tegas Rahayu.
Tak hanya kerja kolaborasi, kecakapan digital menjadi bagian pendidikan sumber daya dan generasi mengimbangi teknologi yang kian berkembang dan mendominasi berbagai dunia bisnis. Tantangan di sekitar perusahaan pun ikut berkembang pula.
"Kecakapan digital menjadi bagian kompetensi pendidikan online, yang menjadi langkah lanjut juga ketika seseorang memasuki dunia kerja," tutur Rahayu.
Menurutnya, berbagai teknologi informasi dan komunikasi pada dasarnya diciptakan untuk membuat hidup manusia menjadi semakin mudah dan nyaman. Pendidikan online pun harus bisa mengambil manfaat itu dengan penguasaan kecakapan digital secara penuh.
"Kecakapan digital ini memudahkan para pelaku pendidikan online dan masyarakat luas bisa mengatur dan mengelola informasi yang diterima, apakah bisa menjadi manfaat atau tidak," ujar dia.
Narasumber lain dalam webinar itu, Yuni Wahyuning, seorang praktisi pendidikan, mengatakan ada sejumlah tantangan baru di era pendidikan online akibat pandemi Covid-19 ini. Khususnya bagi para pendidik dalam menyajikan bahan ajar bagi para siswa agar bersemangat dan mendapat hasil maksimal.
"Anak-anak cenderung menyukai konten pembelajaran yang disajikan secara visual, bukan teks," kata Yuni.
Melalui belajar visual anak biasanya akan merasa mudah menerima informasi, karena cara yang dipakai melihat segala hal yang menarik secara visual akan menjadi fokus dan mudah dipahami. Sehingga, dalam konten pembelajaran itu lebih banyak gambar daripada kata. Jika tidak, anak akan cepat bosan dan tidak fokus.
Webinar yang dimoderatori Dimas Satria ini juga menghadirkan narasumber lain, yakni M. Fadhulloh (konsultan IT & Trainer Robotika) dan Fakhriy Dinansyah (Co-Founder Localin) serta Masayu Dewi selaku key opinion leader. (*)
Post a Comment