Pelajari Adab Dahulu Sebelum Engkau Menuntut Ilmu
BATANG : Kepala MTsN 2 Pekalongan Jawa Tengah Imam Sayekti mengawali paparan seraya melemparkan pesan: saat orang hendak pergi menuntut ilmu, hendaknya pelajari adab dahulu.
"Ilmu dan adab tidak dapat dipisahkan. Seorang penuntut ilmu harus beradab ketika menerima ilmu dari gurunya, beradab terhadap gurunya, beradab terhadap temannya, bahkan beradab terhadap ilmu yang ia pelajari," kata Imam saat menjadi pembicara dalam webinar literasi digital bertema ”Menjadi Cerdas di Era Digital" yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Selasa (10/8/2021).
Dengan adab yang tertanam, ujar Imam, maka segala ilmu yang dimiliki bisa lebih bermanfaat karena ilmu akan digunakan untuk hal kebaikan. Bukan untuk mencelakai orang lain atau merugikan pihak lain.
"Di era digital ini adab itu perlu dilengkapi dengan kecakapan digital," lanjut Imam. Imam pun membeberkan sejumlah kecakapan abad 21 yang dibutuhkan setiap siswa untuk meningkatkan daya saing di era digital ini.
"Secara kualitas karakter kecakapan yang perlu dimiliki seperti religius, nasionalis, mandiri, integritas, gotong royong, toleransi, tanggung jawab, kreatif, dan peduli lingkungan. Jadi ini soal bagaimana siswa beradaptasi pada lingkungan yang dinamis," tuturnya.
Lalu kecakapan literasi dasar, sambung Imam, lebih ke soal bagaimana siswa menerapkan keterampilan dasar sehari-hari.
"Kecakapan literasi dasar ini meliputi literasi baca tulis, literasi berhitung, literasi sains, literasi teknologi informasi dan komunikasi, literasi finansial, serta literasi budaya dan kewarganegaraan," kata Imam.
Berikutnya soal kompetensi. Ini tentang bagaimana siswa memecahkan masalah kompleks. Yang dibutuhkan adalah berpikir kritis, kreativitas, komunikasi, dan kolaborasi.
Namun tak cukup di situ. Imam mengatakan pentingnya internalisasi penerapan nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika di ruang digital.
"Ketuhanan Yang Maha Esa dalam sila 1 mesti dipahami nilai dasar utamanya adalah cinta kasih. Secara sederhana, kita diminta untuk hidup beragama dengan baik, memeluk sebuah keyakinan dan kemudian beribadah atasnya. Beribadah di sini tentu bukan hanya persoalan relasi kepada Tuhan, namun juga bagaimana menjalin relasi dengan sesama," ucap Imam.
Lalu, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab pada sila 2 memiliki nilai dasar kesetaraan. "Yakni, bagaimana kita menjadi manusia dan memanusiakan yang lain dalam berelasi," jelasnya.
Adapun Persatuan Indonesia dari sila ketiga memiliki nilai persatuan Indonesia adalah harmoni. Artinya, memprioritaskan kepentingan Indonesia di atas kepentingan pribadi atau kelompok.
Sedangkan Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan sila keempat, nilai yang diutamakan adalah demokratis. Mengutamakan pada prinsip-prinsip demokrasi,
Terakhir dalam Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia sila kelima, nilai yang diutamakan adalah gotong royong.
"Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia mempunyai makna bahwa kita berhak mendapatkan keadilan dalam hukum, ekonomi, politik juga kebudayaan," tegas Imam.
Narasumber lain, konsultan brand dan komunikasi Satriyo Wibowo mengungkapkan, untuk mencapai kecerdasan di era digital masyarakat dituntut terus belajar.
"Sumber pembelajaran itu ada dua tipe, berpusat pada pengajar dan berpusat pada yang belajar," ujar Satriyo.
Berpusat pada pengajar dalam arti apa yang dipelajari, bagaimana cara belajar, dan kriteria keberhasilan ditentukan oleh sang pengajar.
"Untuk tipe pembelajaran berpusat pada yang belajar, maka yang belajar yang menentukan mau belajar apa, bagaimana gaya belajarnya dan kriteria suksesnya bagaimana," jelas Satriyo.
Webinar yang dipandu Eka Jalesveva ini juga menghadirkan narasumber lain, yakni praktisi Community Development Iwan Gunawan dan Kepala MTsN 5 Sragen Muawanatul Badriyah serta Oka Fahreza yang bertindak selaku key opinion leader. (*)
Post a Comment